WILUJENG SUMPING DI SITUS SATORI Poenya

9.17.2008

Ketangguhan peneliti wanita Indonesia

Oleh: budi s. daryono daryono (Tokyo Univ. of Agriculture)

Penghargaan berkat Pepaya untuk Dr Sriani

Buah pepaya mengantar langkah Ani, panggilan akrab Sriani Sujiprihati, menerima
penghargaan itu.

Berkat ketekunannya memuliakan (breeding) pepaya, ia memperoleh
berbagai genotipe yang sangat beragam sebagai plasma nutfah pepaya, serta beberapa
genotipe yang unggul. Dua genotipe unggul IPB-1 dan IPB-2, diluncurkan oleh Presiden
dalam Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Agustus lalu. Genotipe unggulan lain akan
menyusul diluncurkan pada tahun-tahun berikutnya, sesuai rencana yang telah ditetapkan
dalam "Roadmap - Papaya Breeding".

"Itu sebetulnya penelitian tim. Saya tidak tahu kenapa penghargaan jatuh ke saya,
sebagai pemulia tanaman," kata Ani, dalam percakapan melalui telepon, Kamis (23/9)
petang. Ia sedang berada di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) Bogor, saat itu.

Ani bergabung dengan PKBT IPB sejak program Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas)
Buah dimulai pada tahun 2000. Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) mengembangkan
Program Rusnas itu, suatu kegiatan penelitian dan pengembangan yang terkait dengan
penguatan mata rantai dukungan teknologi (technology supply chain). Program itu, harus
berorientasi pada kegiatan produksi yang spesifik. Dengan demikian, teknologi yang
akan dikuasai dan dikembangkan serta dipetakan dalam technology roadmap, harus
memiliki hubungan kuat dengan teknologi produk dan proses produksi yang berkaitan
dengan sektor produksi yang dituju.

Ketika mulai diluncurkan pada 2000, baru tiga topik Program Rusnas yang dilaksanakan,
yaitu Teknologi Informatika dan Mikroelektronika (TIMe) yang dikelola Pusat Penelitian
Antar Universitas Mikroelektronika ITB - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
(LPPM) ITB, Buah Unggulan Tropis oleh Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) Lembaga
Penelitian IPB, dan Ikan Kerapu oleh Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya
Pertanian (P3TBP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pada 2002, kegiatan
Rusnas ditambah tiga topik, yaitu Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit yang
dikelola Lembaga Penelitian IPB bekerja sama dengan Masyarakat Perkelapasawitan
Indonesia (Maksi), Diversifikasi Pangan Pokok yang dikelola oleh Pusat Pangan dan Gizi
Lembaga Penelitian IPB, dan Pengembangan Engine Aluminium Paduan yang dikelola oleh
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Material (P3TM) BPPT.

Berkaitan dengan program itu, PKBT, seperti dijelaskan Ani, meneliti empat buah
tropis. Selain pepaya, juga manggis, pisang, dan nenas. "Tetapi, yang membuahkan hasil
baru pepaya. Keberhasilan itu membuka kemungkinkan bagi kami untuk meneliti buah-buah
yang lain," ia menambahkan.

Langkah Ani bukan hanya berhenti sebatas pemuliaan. Ia juga melibatkan para petani
untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemuliaan (participatory breeding), perbanyakan
benih, dan teknik budidaya pepaya yang benar yang mengikuti standar prosedur
operasional (SPO) untuk memanfaatkan hasil pemuliaannya. Kegiatan itu sudah mulai
dilaksanakan di Kabupaten Bogor, atas kerja sama PKBT dengan Direktorat Tanaman Buah,
Dirjen Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian. Petani mitra di sekitar Bogor
sudah mulai menanam pepaya hasil pemuliaan itu, yang sekaligus juga menjadi kegiatan
pengujian dari genotipe yang akan diluncurkan.

Sebagai dosen, Ani juga memanfaatkan program pemuliaan pepaya itu untuk penelitian
mahasiswanya. Kini, ia sedang membimbing tiga mahasiswa S-3, tiga mahasiswa S-2, dan
lebih dari sepuluh mahasiswa S-1 dalam penelitian di bidang pemuliaan pepaya.

Di samping meneliti, Ani bekerja sama dengan peneliti di dalam maupun di luar IPB,
juga petani serta pengusaha, mengembangkan hasil pemuliaan pepaya itu. Sampai saat
ini, kerja sama penelitian pengembangan produk pepaya telah dilakukan antara lain
dengan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Balitbio Bogor, UPN Veteran Yogyakarta, UPN
Veteran Surabaya, dan para petani mitra.


Dukungan Keluarga

Sriani yang dilahirkan di Ponorogo, 28 Oktober 1955, menempuh pendidikan dasar hingga
sekolah menengah atas di kota kelahirannya. Kemudian ia melanjutkan kuliah (S1) di
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, lulus di bidang agronomi pada 1981. Agak
berbeda dengan umumnya teman sealmamater, yang cenderung memilih berkarier di fakultas
asal atau lembaga di lingkungan Departemen Pertanian, Ani malah melamar menjadi staf
pengajar di Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian IPB tahun 1982. Ia diterima.

Di Bogor pula ia ketemu jodohnya, Dr Enisar Sangun MSc. "Ia lulusan IPB, tetapi
bekerja di Departemen Pertanian di pengembangan sumber daya manusia," kata Ani.
Pasangan itu dikaruniai empat anak, Diannisa Ikarumi (mahasiswi Fakultas Kedokteran
UGM), Vidya Nursolihati (mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi UGM), Muhammad Arifyandi
(siswa SMA Negeri I Bogor), dan Ayuni Nuramalina (SD).

Di IPB pula ia menyelesaikan program pendidikan S-2, di bidang pemuliaan tanaman di
Fakultas Pascasarjana IPB, dan lulus tahun 1990. Pada 1991 ia meneruskan kuliah (S3)
di Universiti Putra Malaysia, untuk memperdalam bidang yang sama. Penelitiannya yang
dilakukan empat tahun dengan promotor Profesor Madya Dr Ghizan Saleh, menghasilkan
varietas jagung hibrida unggulan Universiti Putra Malaysia.

Menyelesaikan pendidikan di Universiti Putra Malaysia pada 1996, Ani kembali mengajar
di IPB dan menekuni penelitian di bidang pemuliaan tanaman. Pusat Studi Pemuliaan
Tanaman IPB menyediakan fasilitas baginya dalam mengembangkan kultivar-kultivar
unggul, yakni varitas-varitas tanaman dengan sifat-sifat yang sudah mantap.

Di sela-sela kesibukannya sebagai ibu bagi empat putra putrinya, dan istri dari suami
tercinta, Ani tetap mempunyai dedikasi dan komitmen yang tinggi sebagai pemulia
tanaman. Suami dan putra-putrinya sangat mendukung kegiatannya.

Ia berharap, hasil pemuliaannya bermanfaat bagi petani dan masyarakat. Ia memimpikan
nantinya orang tidak lagi harus "demam" buah serbabangkok. Buah pepaya, contohnya, ia
sebut buah populer. "Buah yang merakyat, dikonsumsi dari masyarakat bawah sampai
kalangan berada," ujarnya. Melalui genotipe IPB-1 dan IPB-2 ia membuktikannya
penemuannya tidak kalah dengan para ahli buah Thailand, sebagai contoh. "Genotipe
IPB-1 itu kecil-kecil, nantinya untuk pasar swalayan. Sedangkan genotipe IPB-2, yang
berukuran lebih besar, itu yang kami tujukan untuk bersaing dengan pepaya bangkok,"
Ani menambahkan.

Artikel yang berhubungan