WILUJENG SUMPING DI SITUS SATORI Poenya

10.09.2008

Prospek Ranum Hortikultura


Upaya pemerintah menggenjot kinerja industri agrobisnis di Tanah Air, tampaknya bukan sekadar isapan jempol belaka. Buktinya, pemerintah melalui departemen pertanian, dalam waktu dekat akan menyiapkan 66 wilayah di dalam negeri untuk dijadikan kawasan agrobisnis hortikultura.

Pengembangan kawasan hortikultura ini nantinya akan diterapkan berdasarkan komoditi dan jenis usaha tani. Seperti diketahui, komoditi di sektor agrobisnis hortikultura itu meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka (obat-obatan). Menurut Ahmad Dimyati, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian, pengembangan kawasan hortikultura itu, antara lain, dilakukan melalui perbaikan kawasan yang sudah ada maupun pembentukan kawasan baru. “Dalam kawasan itu akan dibuat usaha besar-besaran yang dilengkapi fasilitas dan faktor pendukung lainnya,” ujar Ahmad.

Pemerintah berharap, dengan adanya kawasan agro, ekspor komoditi hortikultura bisa
ditingkatkan. Maklum, pemerintah melihat penanganan komoditi di sektor ini belum optimal. Padahal jumlah komoditi hortikultura saat ini telah mencapai 323 varietas, yang terdiri dari 80 varietas sayuran, 60 varietas buah-buahan, 117 varietas tanaman hias, dan 66 varietas tanaman biofarmaka. Sejatinya, rencana pemerintah membentuk kawasan agrobisnis hortikultura, juga didorong oleh besarnya potensi bisnis di sektor ini.

Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian, ekspor komoditi di sektor ini mengalami peningkatan selama kurun waktu 2001-2005. Pada 2001, misalnya, volume ekspor tanaman hortikultura tercatat sebesar 340.337 ton. Namun pada 2005, volume ekspornya meningkat menjadi 354.642 ton. Dari sisi nilai ekspor juga menunjukkan peningkatan, dimana pada tahun 2001 nilai ekspor hortikultura baru sebesar US$172 juta, kemudian meningkat menjadi US$ 206,6 juta pada 2005. Selama ini, ekspor komoditi hortikultura Indonesia, antara lain, yakni ke Singapura, Taiwan Cina, Jepang, Singapura, Amerika Serikat, dan sejumlah negara eropa lainnya.
Volume dan nilai ekspor hortikultura itu dipicu oleh semakin membaiknya produksi tanaman hortikultura. Produksi buah-buahan, misalnya, dalam lima tahun terakhir (2001-2005) secara konsisten menunjukkan peningkatan, dengan skala pertumbuhan rata-rata mencapai 10% per tahun. Pada 2001, produksi buah-buahan baru sekitar 9.959.032 ton. Namun pada 2005 skalanya meningkat menjadi 14.313.101 ton. Produksi sayuran dalam lima tahun terakhir (2001-2005) juga cenderung meningkat, dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,43% per tahun. Pada tahun 2001, produksi sayuran baru sebanyak 7.425.861 ton, tapi meningkat menjadi 9.011.417 ton pada 2005.

Hal yang sama juga terjadi pada produksi tanaman hias. Selama lima tahun terakhir (2001-2005), secara umum mengalami peningkatan rata-rata sebesar 14% per tahun. Jika
pada 2001 produksi tanaman hias baru mencapai 102.774.319 tangkai, pada 2005 produksinya meningkat menjadi 159.309.068 tangkai. Begitu pula produksi tanaman biofarmaka, dalam kurun waktu 2001-2005 produksinya menunjukkan peningkatan dengan rata-rata laju peningkatan sebesar 6,5% per tahun. Jika pada 2001 produksinya baru sekitar 193.018 ton, pada 2005 produksinya telah mencapai 282.204 ton.
Jika ditotal secara keseluruhan, produksi hortikultura selama 2001-2005 menunjukkan peningkatan sebesar rata-rata 9,49% per tahun. Kalau saja produksi tanaman ortikultura menunjukkan grafik peningkatan, tentu bukan tanpa sebab. Soalnya, luas lahan panen komoditi hortikultura juga mengalami peningkatan. Untuk diketahui, luas panen buah-buahan selama lima tahun terakhir (2001-2005) cenderung meningkat.
Pada 2001, luas tanaman buah-buahan yang menghasilkan sebesar 482.942 hektar, meningkat menjadi 673.062 hektar pada 2005. Peningkatan luas panen itu sejalan dengan peningkatan produktivitas pada periode yang sama. Luas panen sayuran selama lima tahun terakhir (2001-2005) juga cenderung meningkat, yakni dari 768.700 hektar pada 2001 menjadi 1.031.896 hektar pada 2005. Luas panen tanaman hias pada periode 2001-0005 juga meningkat. Rata-rata peningkatan sebesar 54,86% per tahun. Untuk tanaman biofarmaka luas panennya berfluktuasi dan mengalami peningkatan yang tidak signifikan.

Dari gambaran di atas, boleh dibilang, komoditas hortikultura memiliki peluang dan prospek untuk dikembangkan. Apalagi, Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura juga cukup mengesankan. Berdasarkan catatan Ditjen Hortikultura, sepanjang 2005, nilai PDB hortikultura mencapai US$ 44 miliar. Skala itu malah meningkat di tahun selanjutnya menjadi US$ 46 miliar. Di tahun ini, bahkan pemerintah telah menargetkan nilai PDB hortikultura bisa mencapai US$ 49 miliar, dan US$ 51 miliar pada 2008.
Sobir, Kepala Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB, mengatakan, niat pemerintah
mengembangkan kawasan hortikultura patut didukung. Sebab, kendala terbesar yang dialami sektor agrobisnis hortikultura nasional, adalah skala usahanya yang belum ekonomis. “Setiap usaha itu harus ada skala ekonomi secara minimum,” katanya.
Menurut Sobir, lazimnya, para petani hortikultura hanya mengusahakan tanamannya di lahan yang tak begitu luas. Rata-rata tingkat kepemilikan lahan petani di sektor ini baru mencapai 0,2 hektar per petani. Akibatnya, usaha tani tidak efisien, sulit mendapatkan dukungan pembiayaan, sulit melakukan perbaikan teknologi, tidak mencapai skala layak pasar, dan pada akhirnya tidak bisa memberikan pendapatan yang cukup pada petani sebagi pelaku usaha di sektor ini.
Jadi, jangan heran, jika para petani di Indonesia masih kurang serius menggarap lahannya. Kendati memiliki lahan perkebunan, di antara mereka justru lebih tergiur mencari nafkah di sektor lainnya. “Para petani lebih baik menjual lahannya, ketimbang mengolahnya dengan biaya yang tinggi. Makanya, pendapatan para petani itu 70%-nya berasal dari luar sektor pertanian,” ujar Sobir.
Bukan cuma itu. Jarak lokasi lahan antara satu petani dan petani lainnya yang menanam satu jenis komoditi—misalnya mangga di Indramayu, Jawa Barat—juga sangat berjauhan. Karena itu, ketika pihak distributor tengah butuh pasokan mangga, ongkos yang harus mereka keluarkan juga berlipat. Makanya, jangan heran ketika buah itu sampai ke tangan konsumen, harganya menjadi mahal.
Dengan kondisi seperti itu, wajar pula, jika komoditi hortikultura—terutama buah—kerap kalah bersaing dengan komoditi asing. Itu sebabnya, Sobir mendukung rencana pemerintah mengembangkan kawasan agrobisnis hortikultura. Untuk itu, Sobir menyarankan, dalam kawasan hortikultura itu seyogianya luas kawasan ditentukan oleh jumlah populasi tanaman.
Untuk tanaman buah pohon tahunan, misalnya, luasan kawasan yang layak adalah 500 hektar, atau sekitar 50.000 pohon. Sedangkan untuk tanaman buah terna adalah 100 hektar atau 100.000-150.000 pohon. Dengan tingkat skala jumlah lahan dan pohon itu, diharapkan dapat mencapai skala ekonomi yang efisien dan memiliki daya saing pasar.
Sobir memang tak salah. Dalam era liberalisasi perdagangan dewasa ini, produk hortikultura Indonesia dituntut mempunyai keunggulan daya saing dengan performa dan kualitas tinggi, terstandarisasi sesuai dengan preferensi konsumen, serta harga layak. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan dalam hal mutu, produktivitas, efisiensi produksi, penanganan pasca panen, pengolahan hasil dan promosi pemasaran. Dengan begitu, mampu memberikan nilai tambah dan keuntungan yang layak bagi pelaku usaha. Dan semua itu bisa dicapai dengan adanya sebuah kawasan hortikultura.

www.bexi.co.id


[+/-] Selengkapnya...

Read More..

One District One Commodity

ONE district one commodity. Slogan mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra itu kini tengah berupaya dilakoni pemerintah. Niatnya bagus, yakni untuk menggenjot performa industri agrobisnis hortikultura di Tanah Air. Ahmad Dimyati, Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian, mengatakan, dalam waktu dekat pemerintah akan menyiapkan 66 wilayah di Nusantara untuk menjadi kawasan agrobisnis hortikultura.
Ahmad lalu menuturkan, saat ini sedang dilakukan identifikasi terhadap sejumlah wilayah yang berpotensi menjadi kawasan agro. ”Ada sekitar 66 daerah yang sudah siap. Namun, bisa jadi akan bertambah,” katanya. Menurut Ahmad, pengembangan kawasan agrobisnis hortikultura ini, nantinya akan diterapkan berdasarkan komoditi dan jenis usaha tani.
Proses pengembangan kawasan hortikultura itu, antara lain, dilakukan melalui perbaikan kawasan yang sudah ada maupun pembentukan kawasan baru. Setiap kawasan hortikultura nantinya terdiri dari beberapa sub kawasan. Untuk kawasan Manggis, misalnya, akan ditentukan di Subang dan Purwakarta. Lima kecamatan di Purwakarta dan empat di Subang dijadikan sub kawasan. ”Dalam kawasan itu akan dibuat usaha besar-besaran yang dilengkapi fasilitas dan faktor pendukung lainnya,” katanya.
Pemerintah berharap, dengan adanya sebuah kawasan agro, ekspor komoditi hortikultura bisa ditingkatkan. Bukan apa-apa. Saat ini, menurut Ahmad, penanganan komoditi yang ada di sektor ini, seperti buah-buahan dan sayuran, masih terasa kurang optimal. Padahal, potensi bisnis ini cukup lumayan.
Indikasi itu bisa dilihat dari jumlah komoditi di sektor ini yang telah mencapai 323 varietas, terdiri dari 80 varietas sayur, 60 buah-buahan, 117 tanaman hias, dan 66 varietas tanaman biofarmaka. Soal potensi bisnisnya, Ahmad memberi contoh. Pada 2001, volume ekspor hortikultura baru 340 ribu ton dengan nilai US$ 172 juta. Namun, pada 2005, volumenya membengkak menjadi 355 ribu ton dengan nilai US$ 207 juta.
Volume ekspor komoditi hortikultura banyak berasal dari buah-buahan, seperti nanas, manggis, dan pisang. ”Sayur-sayuran, kentang, kembang kol, dan bawang merah juga memiliki kontribusi besar,” kata Ahmad. Selain buah dan sayuran, ekspor tanaman hias juga menunjukkan tren peningkatan. Jika pada 2002 nilai ekspornya US$ 900 ribu, pada 2005 skalanya naik menjadi US$ 12,5 juta.
Namun, Ahmad mengakui, jenis tanaman biofarmaka masih belum bisa diandalkan sebagai komoditi ekspor. Bahkan, selama kurun waktu 2004-2005, tidak ada ekspor yang bisa dicetak dari tanaman obat-obatan ini. Hanya pada 2002 dan 2003, biofarmaka mampu mencatat ekspor sampai 955 ribu ton. ”Itu sebabnya, masalah ini perlu mendapat perhatian,” ujarnya.
Apalagi, Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura juga cukup mengesankan. Berdasarkan data Ditjen Hortikultura, sepanjang 2005, nilai PDB hortikultura mencapai US$ 44 miliar. Skala itu meningkat di tahun selanjutnya menjadi US$ 46 miliar. Nah, di tahun ini, pemerintah telah menargetkan nilainya bisa mencapai US$ 49 miliar, dan US$ 51 miliar pada 2008.
Sobir, Kepala Pusat Kajian Buah Tropika IPB, mengatakan, pengembangan kawasan hortikultura seharusnya sejak dulu dilakukan pemerintah. Sebab, kendala terbesar yang dialami sektor agrobisnis nasional, adalah skala usahanya—baik hortikultura maupun perkebunan—yang belum ekonomis. ”Setiap usaha itu harus ada skala ekonomi secara minimum,” ujar Sobir.
Akibatnya, dari sisi harga, komoditi Indonesia kerap kalah bersaing dengan komoditi asing. Jeruk, misalnya. Menurut Sobir, harga jeruk Cina yang masuk ke pasar domestik, hanya dijual Rp 2.500 per kilogram. Jika ditambah biaya transportasi dan lainnya, sampai ke tangan pedagang harganya cuma Rp 4.000 per kilogram. Nah, di tingkat ke konsumen, paling banter harganya Rp 8.000 per kilogram. ”Pedagang masih untung 50%,” katanya.

LEBIH SENANG MENJADI PEDAGANG KETIMBANG PETANI
Sementara dengan jenis yang sama, jeruk asal Kalimantan dan Medan, ketika dijual ke konsumen harganya sudah mencapai Rp 10.000 per kilogram. Jadi, ”Keuntungan yang bisa didapat pedagang sangat kecil dibandingkan menjual jeruk Cina,” tambah Sobir. Ia menambahkan, salah satu pemicu tingginya harga jual komoditi lokal, yakni lantaran sistem produksinya tidak dilakukan dengan efisien.
Para petani hortikultura, lazimnya hanya mengusahakan tanamannya di lahan yang tak begitu luas. Sudah begitu, jarak lokasi lahan antara satu petani dan petani lainnya yang menanam satu jenis komoditi—misalnya mangga—juga sangat berjauhan. Karena itu, ketika pihak distributor tengah butuh pasokan, ongkos yang harus mereka keluarkan juga berlipat. ”Makanya, ketika sampai di konsumen harga buah menjadi mahal,” tutur Sobir.
Komentar Sobir dibenarkan Budi Waluyo, Manajer Operasional PT Mustika Selaras (eksportir buah manggis). Selama ini, untuk mendapatkan manggis, pihaknya harus mencari ke sejumlah daerah yang sedang musim panen. Dengan tersebarnya daerah yang harus disinggahi, tambah dia, harga akan menjadi lebih mahal karena harus ditambah dengan ongkos transportasi dan biaya lainnya.
Oleh karena itu, Budi mendukung gagasan pemerintah membentuk kawasan agrobisnis hortikultura. ”Itu sangat bagus. Dengan adanya sebuah kawasan, eksportir tidak perlu lagi berburu ke berbagai tempat untuk mencari buah yang akan diekspor, karena sudah tersedia di sana,” katanya. Betul, Budi boleh saja gembira atas kebijakan pemerintah. Tapi, hanya membentuk sebuah kawasan, tentu belumlah cukup.
Sobir menyarankan agar pemerintah Indonesia meniru langkah pemerintah Cina. Pemerintah di sana, katanya, all out dalam memobilisasi sektor pertanian. Lahan pertanian bukan milik perorangan, tapi milik negara. Negara yang bikin usahanya, masyarakat yang mengerjakan. Jadi, sistem produksinya bisa efisien. Sementara di sini, lahan dan usahanya dilakukan sendiri oleh masyarakat.
Jadi, jangan heran, jika para petani di Indonesia masih kurang serius menggarap lahannya. Kendati memiliki lahan perkebunan, di antara mereka justru lebih tergiur mencari nafkah di sektor lainnya. ”Para petani lebih baik menjual lahannya, ketimbang mengolahnya dengan biaya yang tinggi. Makanya, pendapatan para petani itu 70%-nya berasal dari luar sektor pertanian,” ujar Sobir.
Pendapat senada juga diungkapkan Winarno, Ketua Himpunan Perbuahan Indonesia. Tren yang terjadi di bisnis hortikultura saat ini, adalah masyarakat lebih cenderung menjadi pedagangnya ketimbang menjadi petaninya. ”Kebanyakan eksportir buah di sini tidak memiliki kebun. Mereka lebih memilih jadi trader. Cukup membeli buah dari petani, diseleksi, kemudian diekspor,” katanya.
Sah-sah saja, memang, jika cara itu dianggap kalangan eksportir lebih menguntungkan. Tapi, dalam banyak kasus, eks-portir acap tak bisa memenuhi permintaan negara importir secara kontinu. Sebab, ya itu tadi, lahan perkebunannya saja mereka tak punya. Apalagi, di antara mereka banyak yang tak mau membina para petani.
Ada sejumlah alibi yang menjadi pemicunya. Yang terutama, mengelola kebun pertanian itu tidak mudah. Selain membutuhkan sumber daya manusia yang tak sedikit, investasinya pun mahal. Sudah begitu, hasilnya pun baru bisa dinikmati dalam jangka panjang. ”Sejumlah alasan itu, membuat banyak kalangan berpikir tiga kali untuk terjun ke sektor agrobisnis,” tambah Winarno.
Pertanyaannya kini, akankah pengembangan kawasan itu terwujud? Masalahnya, Departemen Pertanian sendiri telah merevisi jumlah kawasan yang akan dikembangkan. Menurut sumber TRUST di departemen itu, konon karena anggarannya tak mencukupi, pemerintah hanya akan mengembangkan 32 kawasan hortikultura. ”Untuk mengembangkan 66 kawasan butuh biaya Rp 600 miliar. Padahal, dana yang tersedia cuma Rp 60 miliar,” katanya.



www.majalahtrust.com


[+/-] Selengkapnya...

Read More..

10.08.2008

Pesan Tersembunyi dalam Air

Air Sebelum Bismillah


Air Setelah Bismillah





Air memiliki pesan sangat penting kepada kita. Air mengajak kita untuk melihat lebih dalam lagi di sekeliling kita. Tatkala kita melihat diri kita sendiri melalui cermina air, pesan menjadi menakjubkan, bening dan jelas. Kita tahu bahwa kehidupan manusia secara langsung berhubungan dengan kualitas air kita, baik di dalam atau di sekeliling kita.
Banyak sesuatu di sekitar kita yang kita jumpai, namun kita tidak menaruh perhatian kepadanya dan tidak menaruh perhatian sedikitpun dalam menyikapi sesuatu yang kita temui di sekitar kita. Padahal, terkadang kalau kita mau, sedikit saja menaruh perhatian kita tentang lingkungan hidup disekitar kita, saat itulah kita baru akan memahami bahwa sesungguhnya kita berhadapan dengan suatu mukjizat yang sangat luar biasa. Dr. Masaru Emoto, seorang periset kreatif dan visioner, yang dengan ketelitiannya telah menaruh perhatian pada semua yang terjadi pada lingkungan disekitarnya.
Dari bukunya, The Message from Water, Dr. Emoto menyajikan hasil-hasil temuan pentingnya. Dari riset rigoris inilah yang menyebabkan ia telah menemukan suatu mukjizat yang sangat besar. Beberapa waktu lalu, kami telah melaporkan tentang eksperimen ilmiah yang dilakukan oleh seorang Professor Jepang ini tentang air minum. Dia sampai pada kesimpulan bahwa air mempunyai kemampuan untuk membedakan antara kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan dengan gelembung-gelembung yang dihasilkannya.
Dari karya Emoto, kita dibekali dengan bukti faktual, bahwa energi getar (vibrational) manusia, pikiran, kata, ide dan music, mempengaruhi struktur molecular air. Air yang sama yang mengandung di atas tujuh puluh persen dalam tubuh manusia dewasa dan mencakup jumlah yang sama atas planet kita. Air merupakan sumber kehidupan di planet ini, kualitas dan integritas merupakan sangat vital bagi seluruh bentuk kehidupan. Raga manusia ibarat sebuah sepon dan menyusun triliunan ruang-ruang yang disebut sel yang menahan cairan. Kualitas hidup kita secara langsung berhubungan dengan kualitas air kita.
Air merupakan zat yang sangat lunak. Bentuk fisikalnya dengan mudah dapat beradaptasi dengan lingkungan apa pun di hadapannya. Namun bukan penampakan fisikalnya saja yang berubah, bentuk molecularnya juga berubah. Energi atau getaran lingkungan akan merubah bentuk molecular air. Dalam artian ini, air tidak hanya memiliki kemampuan untuk secara visual merefleksikan lingkungan namun juga secara gerakan ritimis molekularnya mencerminkan lingkungan.
Dr. Emoto berkesimpulan bahwa air itu akan memberikan manfaat-manfaat khusus sesuai dengan daerah tempat asal air itu sebagian air itu sungguh dapat memberikan penyembuhan (healing).
Dr. Emoto melakukan eksperimen-eksperimen ilmiahnya tentang air hampir di segala penjuru dunia dan menjelaskan “mukjizat” hasil penemuannya dalam bukunya. Berapa lama yang lalu, ia menemukan ide untuk meneliti air Zam-zam, yang merupakan air yang paling berharga oleh kaum Muslim. Penelitian itu dilakukan dan hasilnya segera menyebar ke seluruh penjuru dunia. Ia berkata, “Air Zam-zam adalah sebuah mukjizat”.
Hasil penelitiannya, yang dilakukan dengan tekhnologi Nano, menunjukkan bahwa dengan menambah setetes air Zam-zam ke dalam ribuan tetesan air biasa, tipologi air Zam-zam segera tercipta pada air biasa. Artinya, air Zam-zam ini apabila ditambah dengan setiap jenis air, maka seolah-olah keseluruhan air itu merupakan air Zam-zam. Salah satu aksi yang dilakukan Dr. Emoto adalah melakukan perubahan tipologi air dengan menggunakan tekhnologi Nano, namun ilmuwan Jepang ini mengumumkan teknologi Nano ini tidak mampu untuk mengubah sedikitpun khasiat-khasiat yang dimiliki oleh air Zam-zam. Menurutnya, tidak diketahui apa yang melatarbelakangi mengapa tekhnologi Nano ini tidak mampu mengadakan perubahan terhadap tipologi air Zam-zam.
Ia juga memaparkan bahwa redaksi “Bismillahi Rahmanin Rahim” yang termaktub dalam Al Quran Karim dan Kaum Muslimin melafazkannya dalam setiap awal aktivitasnya dan juga dibaca sebelum makan atau sebelum tidur mempunyai pengaruh yang menakjubkan dalam gelembung-gelembung air dan berkata “Ketika Basmalah dibaca, terjadi perubahan yang sangat menakjubkan pada gelembung-gelembung air dan air itu nampak lebih indah dan menarik”.

Kisah Air Zam-zam
Ibrahim, atas perintah Tuhan, Hajar dan Ismail untuk berhijrah dari Kan’an (Palestina) ke suatu tempat yang panasnya sangat menyengat Faran (Mekah), dimana daerah ini tidak dihuni oleh makhluk hidup, tidak juga ditemui air dan rerumputan dan juga tidak didapati makanan serta terletak di antara pegunungan. Kala itu Ibrahim berdoa kepada Tuhan-Nya dan berkata, “Tuhanku, Anakku kuletakkan di dekat rumah yang letaknya dekat dengan tempatmu, di mana tempat ini tidak didatangi orang dan orang juga tidak akan meninggalkan tempat ini, supaya aku bisa melaksanakan salat”.
Hajar dan Ismail tinggal sendirian, tidak ada sesuatu yang tersisa kecuali teriknya panas yang sangat menekan ibu dan anak ini. Persediaan air dan makanan mereka pun segera akan habis. Kehausan Ismail menyebabkan ia menjadi lemah dan Hajar menjadi tak berdaya. Ibrahim berlari-lari sekuat tenaga dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan air ke segala penjuru. Dari Shafa ke Marwa dan dari Marwa ke Shafa. Akhirnya ia mendaki gunung dan dengan Sang Pencipta-Nya mengutarakan keluhan dan keinginannya. Akhirnya ia putus asa dan melihat kilauan api yang hampir padam, namun tiba-tiba ia melihat disampingnya ada mata air yang mengalir. Dengan menyaksikan air itu, air mata bahagianya membasahi kedua matanya. Mata air yang telah memberi kehidupan kembali kepada Hajar dan Ismail itu namanya Zam-zam.

Jawaban Tegas terhadap seorang Dokter dari Mesir
Tahun 1971 pada zaman pemerintahan Raja Faisal, dokter dari Mesir ini mengirimkan surat kepada pers Eropa yang memberitakan bahwa air Zam-zam tidak layak dijadikan sebagai air minum dan sudah banyak tercemari. Raja Faisal sangat terpukul ketika mendengar berita ini dan memberikan perintah kepada salah seorang menteri yang bersangkutan untuk mengambil air Zam-zam sebagai sample lalu dikirim ke Eropa dan selanjutnya diadakan berbagai riset. Selanjutnya kita dengarkan kisah dari seorang Insinyur Kimia, Thariq Husain Riya, yang bertanggung jawab atas tugas ini. “Aku masih ingat, ketika itu, aku tidak melihat sedikitpun gambar tentang air sumur Zam-zam. Pekerjaan inilah yang menyebabkan aku pergi ke Mekah. Tujuan dari pekerjaanku ini aku katakan kepada petugas penunggu Ka’bah dan mereka menyediakan seorang asisten untuk menolong pekerjaanku. Kala kami sampai ke sumur itu, bagi kami sangat tidak masuk akal bahwa sumur yang besarnya hanya seukuran kolam atau kira-kira berdimensi hanya 18 kaki inilah yang telah ada sejak berabad-abad yang lalu, sejak zaman Nabi Ibrahim dan setiap tahun bermilyar-milyar liter air, ini telah diambil oleh para jemaah Haji dari seluruh dunia untuk mendapatkan keberkahan dari air ini.
Penelitian ini aku awali dengan cara mengukur sisi-sisi sumur ini dan dari asistenku aku memintanya untuk menunjukkan kedalaman sumur ini. Pertama-tama dia mensucikan badan terlebih dahulu, kemudian turun ke sumur itu dan berdiri. Permukaanair sumur ini persis sampai ke dagunya. Tinggi badan laki-laki ini kira-kira 5 kaki dan 8 inch. Kemudian untuk menemukan kejadian luar biasa yang lain, ia meletakkan pipa ke segala sisi sumur itu. Namun aku tidak berhasil menguak rahasia yang ada. Aku mendapatkan ide yang lain. Kami dapat menemukan dengan perantara pipa besar yang telah dipasang dan untuk mengumpulkan,menyimpan air Zam-zam di gudang persediaan stroge, kemudian disedotlah tempat itu. Dengan demikian, kedalaman air itu akan berkurang dan kami bisa mengetahui apa yang terjadi pada air itu. Kami sangat terkagum-kagum ketika kami memompa air, kami tidak melihat sesuatupun. Namun sebelumnya kami telah mengetahui hal ini. Cara ini merupakan cara untuk mengatasi masalah terhadap masuknya air ke sumur. Oleh karena itu kami berencana untuk mencoba sekali lagi cara ini. Namun kali ini saya mengatakan kepada asisten saya supaya berdiri di suatu tempat dan dengan ketelitian penuh untuk memperhatikan segala kejadian aneh yang bakal terjadi. Setelah beberapa lama, tangannya ia angkat ke atas seraya meneriakkan “Alhamdulillah, aku temukan (eureka)”. Dia berkata, “Pada dasar sumur aku merasakan adanya gerakan kerikil-kerikil kecil dibawah kakiku dimana dari situlah air masuk”. Ia melanjutkan penuturannya, “Kemudian aku lanjutkan langkahku ke sekeliling sumur dan aku temukan juga fenomena yang tidak berbeda ini!” Pada dasarnya masuknya air ke sumur itu secara ajeg dan ada di semua dasar sumur itu dan hal inilah yang menyebabkan permukaan air menjadi datar. Setelah aku menyempurnakan penelitian itu, aku mengambil air Zam-zam untuk selanjutnya diteliti di sejumlah laboratorium di Eropa. Sebelum meninggalkan Ka’bah aku lemparkan pertanyaan-pertanyaan tentang sumur-sumur lain yang terdapat di sekitar Mekah kepada petugas penjaga Ka’bah dan mereka menjelaskan bahwa hampir semua sumur yang ada rata-rata kering.
Setelah aku merujuk ke kantorku, segala yang aku temukan aku laporkan kepada pimpinanku dan beliau mendengarkan ceritaku dengan sangat antusias. Tetapi ia mengemukakan penafsiran yang tidak masuk akal tentang masalah penting ini dan ia berkeyakinan pasti terdapat saluran di bawah tanah yang menghubungkan antara sumur ini dan laut merah. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Karena jarak antara kota Mekah dengan Laut Merah itu berkisar sekitar 75 Km dan ia sudah mengetahui bahwa hampir semua sumur di dekat Mekah kering. Hasil eksperimen yang dilakukan di sini dan di Eropa kira-kira sama dan satu-satunya perbedaan yang dapat diketahui adalah bahwa perbedaan kandungan Kalsium dan Magnesium yang dikandung oleh air Zam-zam dan air biasa adalah berbeda, di mana kandungan Kalsium dan Magnesium yang dimiliki oleh air Zam-zam lebih banyak dibandingkan dengan kandungan Kalsium dan Magnesium yang terdapat pada air biasa. Mungkin hal inilah yang menyebabkan air Zam-zam bisa menghilangkan rasa lelah yang dirasakan oleh para jemaah Haji.
Namun, kelebihan penting lainnya yang dimiliki oleh air Zam-zam ini adalah kemampuannya sangat ampuh untuk membunuh mikroba. Disamping itu hasil penelitian yang dilakukan di Eropa menghasilkan kesimpulan bahwa air Zam-zam ini sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai air minum. Berdasarkan hasil penemuan ini, maka keterangan yang diberikan oleh Dr. Mesir itu secara sempurna bisa diingkari dan disanggah. Ketika hasil penemuan itu dilaporkan kepada Raja Faisal, dia sangat puas dan ia langsung memerintahkan supaya kalangan pers Eropa meliput penemuan ini.
Walhasil, kejadian ini adalah sesuatu yang diberkahi sehingga dari cara penelitian ini diketahui komponen kimia yang membentuk air Zam-zam dan pada dasarnya kalau kita mengadakan penelitian lebih mendalam, pasti akan menemukan hal-hal lain yang sangat menakjubkan. Ya, sebuah air yang telah Tuhan hadiahkan kepada umat Islam ketika melakukan perjalanan jauh ke negeri sahara demi menunaikan ibadah haji.
Pada tulisan ini akan kami sampaikan sebagian dari spesifikasi yang dipunyai air Zam-zam:
• Dengan dimanfaatkannya secara terus-memerus air Zam-zam ini, namun sampai sekarang air ini tidak pernah kering
• Komponen pembentuk tambang air Zam-zam sama dan tidak berubah semenjak ada sampai sekarang
• Menurut para Jamaah Haji dan Umrah yang datang ke Ka’bah, dengan meminum air Zam-zam ini akan menghilangkan kelelahan dan mendatangkan kesegaran
• Air Zam-zam ini telah diteliti di berbagai laboratorium di seluruh dunia dan mempunyai permintaan (demand) yang tinggi pada tingkat dunia.
• Tidak didapati sedikitpun komponen penambah kimia klorida yang digunakan untuk membasmi kuman di sekitar kolam ini.
• Tidak seperti yang ada di sumur lain, di dalam sumur ini tidak dijumpai tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang ada di dalam sumur ini, karena apabila tidak terdapat tumbuhan dan binatang pada suatu sumur akan menjadikan air sumur itu berbau. Namun air Zam-zam mempunyai bau yang enak.
Boleh jadi masih banyak rahasia yang terpendam di balik air Zam-zam ini. Tidak menutup kemungkinan di suatu hari, rahasia ini akan tersingkap bagi kita, dalam skala sebuah pengalaman pribadi. Wallahu A’lim… [ www.wisdoms4all.com/ind ]

isyraq.wordpress.com



[+/-] Selengkapnya...

Read More..

Manfaat “Tauge” Bagi Kesehatan


Tauge sangat baik untuk kesehatan karena mengandung banyak serat dan air, tauge membantu pengurasan kotoran dalam usus besar. Hal ini menjadi kekuatan ganda “Tauge” dalam memerangi kanker, dengan mendorong kotoran segera meninggalkan usus besar tidak ada lagi zat-zat beracun dalam kotoran yang dapat diserap tubuh. Dan ini mencegah menumpuknya zat racun, yang dapat merangsang berseminya benih kanker.
Kandungan paling tinggi di kacang hijau itu biasanya “Kalium” bagus untuk kesehatan jantung. Kalium itu mineral, posatium, mineralnya untuk kesehatan jantung, kalau kekurangan “Kalium” biasanya kita akan lemas dan tak bergairah.
Estrogen alami yang terdapat dalam tauge berfungsi sama dengan estrogen sintetis. Estrogen dalam tauge secara nyata dapat meningkatkan kepadatan dan susunan tulang, serta mencegah rapuh tulang (osteoporosis). Rajin makan tauge membantu wanita terhindar dari kanker payudara, gangguan menjelang mentruasi (premenstrual syndrome, PMS) keluhan semburat panas (hot flashes), pramenopause dan gangguan akibat menopause.
Tauge bermanfaat juga untuk kecantikan kulit kita, karena tauge mengandung vitamin E yang tinggi. Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas. Kalau kita konsumsi vitamin ini, otomatis kulit akan lebih cerah dan lebih bersinar. Tauge yang berbahan dasar kacang juga dipercaya kaya protein, protein yang utama dan esensial sangat bagus untuk pergantian kulit.
Sel-sel yang rusak memerlukan pergantian dan sangat membutuhkan protein. Semua jenis kacang-kacangan, seperti kacang hijau kulitnya bisa dimakan karena seratnya yang tinggi. Kalau kita makan kacang hijau dengan kulitnya, otomatis lemak di usus akan terikat oleh si serat sehingga tidak terserap. Otomatis kalau lemak kita berkurang kulit menjadi lebih halus, dan tidak mudah berjerawat. Tapi semua serat bisa mengurangi lemak membantu metabolisme gula dan kolesterol.
Selain itu juga mengandung beberapa vitamin dan mineral, oleh karenanya tauge sangat bagus untuk kecerahan kulit dan menghilangkan vlek-vlek di wajah akibat jerawat dengan adanya pergantian sel-sel tersebut, tauge sendiri akan lebih baik ketika dimakan mentah, walaupun enak juga untuk diolah. Dengan memakannya bermentah-mentah zat gizi yang terkandung tidak akan berkurang. Antioksidan yang dibutuhkan untuk kesehatan dan kecantikan akan berfungsi secara maksimal.
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, konsumsi tauge sebaiknya dikombinasi dengan sayuran lain. Jadi sebaiknya diet seimbang, protein, vitamin, mineral, karbohidrat itu baru seimbang. Sebagai tambahan untuk balance-nya bisa tambahkan sepiring tauge. Semuanya tergantung selera anda. Dengan mengkonsumsi secara rutin dan dikombinasikan dengan jenis sayuran lain, maka bukan tidak mungkin anda akan mendapatkan hasil yang anda inginkan.

www.sehatbugar.info



[+/-] Selengkapnya...

Read More..

Hidup yang tidak Dikaji, Bukanlah Hidup


arangkali Anda sangat familiar dengan aporisme di atas. Tentu bagi mereka yang memiliki kuriositas tentang kehidupan sudah barang tentu sering mengulang-ngulang aporisme ini. Sebuah aporisme yang menantang manusia untuk membuat hidup lebih berarti dan bermakna. Lebih dinamis dan progresif. Socrates demikian juga Plato muridnya dalam menemani manusia mencari makna hidup bertutur bijak: “Hidup yang tidak dikaji bukanlah hidup.”
Iya, hidup yang tidak dihayati, diinternalisasi dan dikaji tidaklah pantas disebut sebagai hidup. Manusia yang menjalani hidup sedemikian tidak lain kecuali seonggok jasad yang mengikuti pergiliran siang dan malam, reproduksi generasi, menyitir Iqbal, hanyalah seorang pengembara berkenala mengikuti pundak usianya, ia lalui siang dan malam, semakin jauh dari kehidupan, semakin dekat kepada kematian. Bertitik-tolak dari aporisme inilah manusia dengan berbagai jalan dan upaya berusaha mengkaji hidup ini. Aporisme ini boleh jadi memiliki arti bagi mereka yang masih mencari makna hidup dan akan semakin berarti bagi mereka yang ingin menambah luas cakrawalanya tentang hidup.
What is a life? Why are we created? What is our’s goal life? Demikian pertanyaan yang barangkali segera muncul dalam benak kita setelah beraporisme. Ketiga pertanyaan fundamental, eksistensial sekaligus enigmatis ini acapkali menjambangi pikiran manusia. Pertanyaan ihwal arti dan tujuan hidup ini. Apa arti hidup? Mengapa manusia harus dicipta dan mencicipi kehidupan? Dan apa tujuan hidup itu?
Rentetan pertanyaan ini tidak pernah sepi dan hening dari kehidupan manusia. Fitrah yang bersemayam dalam lubuk hati manusia senantiasa terketuk dan berdenyut untuk membahas dan membincangkan pertanyaan hayati ini. Pemikiran-pemikiran beradu dan berpadu. Para filosof, bijak-bestari, kaum cendekia, orang-orang awam silih berganti muncul untuk menjawab pertanyaan ini. Semua itu melukiskan kembara tiada ujung ide manusia ihwal kehidupan dan penciptaan ini.
Pertanyaan eksistensial seperti untuk apa ia hidup, mengapa ia harus hidup, kemana ia harus ayunkan langkah kaki hidupnya, merupakan rangkaian pertanyaan yang penuh teka-teki bagi manusia.
Mengapa engimatis lantaran dalam menjawab pertanyaan ini banyak cara yang dilakukan oleh manusia sedemikian sehingga sebagian orang tergiring untuk berpandangan nihilistik, hedonistik dan humanistik dalam menyikapi hidup ini.

Nihilisme, Hedonisme dan Humanisme
Nihilisme yang merupakan sebuah school of thougth dan berpijak di atas ajaran Materialisme meyakini bahwa tiada tujuan tertentu di balik penciptaan manusia. Manusia bebas melakukan apa saja, dan jalan apa saja yang ia pilih. Sebuah pandangan yang memandang segala sesuatunya sebagai nothing (tidak ada). Nihilism (dari latin, nihil, “nothing”), adalah maktab filsafat yang menolak segala nilai-nilai positif dan menolak meyakini sesuatu. Filsafat Nihilisme ini dapat dilacak hingga masa Yunani, dimana Gorgias (380 SM) dapat kita kategorikan sebagai filosof Nihilisme. Gorgias mengekspresikan filsafatnya dalam tiga proposisi: “Tiada yang wujud, Jika ada yang wujud, ia tidak dapat dikenal; Jika ada yang wujud dan dapat dikenal, ia tidak dapat dikomunikasikan.” Di abad modern salah satu pentolan Nihilisme adalah Albert Camus (1960) yang memproklamasikan, “I proclaim that I believe in nothing and that everything is absurd.” Sebuah proklamasi yang menegaskan tidak adanya keyakinan pada segala sesuatu karena segalanya adalah absurd, konyol dan nihil.
Jalan lain yang ditempuh oleh sebagian manusia adalah jalan hedonisme. Hedonisme merupakan maktab resmi yang berpandangan bahwa kita hidup di dunia ini adalah untuk bersenang-senang. Dan bahwa bersenang-senang ini merupakan satu-satunya dan sebaik-baiknya kebaikan dalam hidup ini. Berusaha bertungkus-lumus untuk mencapai kesenangan dan kepuasan duniawi merupakan tujuan ideal dari hidup ini.
Humanisme, adalah sebuah ajaran yang mendudukkan manusia di tempat Tuhan dan manusia dijadikan sebagai sentral dalam kehidupan ini. Menukil August Comte (1857), penyembahan kepada manusia merupakan sebuah pekerjaan yang paling mulia dan dianggap sebagai tugas yang harus dijalankan oleh setiap manusia, dan tidak ada kesempurnaan yang lebih baik selain berbuat baik kepada manusia.
Aliran ini tidak mengakui –atau minimal tidak menaruh perhatian sedikit pun terhadap- adanya kehidupan akhir dan final manusia dan hubungannya dengan Tuhan, Sang Maha Pencipta. Erich Fromm (1980) memandang bahwa cinta kepada kemanusiaan dan keadilan merupakan ganti Tuhan dan firman Tuhan harus dicampakkan.
Nilai kebaikan hakiki manusia tidak diukur dari sisi ketuhanannya, keruhaniannya, dan malakutinya. Namun berdasarkan otak buminya dan cara pandangnya sebagai ia manusia dalam kehidupan ini. Bukan tempatnya di sini untuk membahas secara jeluk ketiga schools of thougt ini apatah lagi meninjaunya secara kritis. Hal itu memerlukan ruang dan waktu lain.

Pandangan Alternatif
Tentu Socrates dan Plato dengan ajakannya beraporisme di atas tidak sejalan dengan pandangan Nihilisme di atas. Kedua filosof besar Yunani ini bahkan berdiri berhadap-hadapan dengan pembesar maktab Nihilisme, Gorgias. Secara sepintas, ajakan beraporisme ini merupakan alamat penentangan mereka dengan proposisi Gorgias. Karena mengkaji hidup adalah usaha untuk memaknai hidup. Sementara puak nihilisme memandang bahwa hidup ini sebagai “nothing” apatah lagi untuk memaknainya. Artinya ketika hidup ini dipandang sebagai nihil, maka giliran untuk memaknainya tidak akan kesampaian.
Lalu bagaimana Islam menjawab pertanyaan di atas? Pertanyaan kesekian yang boleh jadi mengemuka dalam pikiran Anda. Apakah Islam mengamini sikap nihilistik, hedonistik dan humanistik di atas? Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya akan mengajak Anda bersama Rumi untuk bersenandung syair penciptaan di bawah ini:
Ruzehâ-ye Fikr-e Man inast wa be Syabhâ Sukhanam
Ke Cerâ Ghafil az ahwâl-e Khisytanam
Mondeam Sakht Ajab Ke Che Sabab Sâkhte Marâ
Ya Che Bude ast Murâd-e Wei az In Sâkhtanam
Az Kujâ Âmadeam, Âmadanam Bahre Che Buwad
Be Kujâ Mirawam Âkhir Nanimâi Watanam

Pagi dan petang kumerenung dan berbisik lirih pada diriku
Mengapa kulalai dari ihwal kedirianku
Kutakjub bertanya sebab apa Dia merekaku
Atau gerangan apa maksud Dia menciptaku
Kudatang darimana, untuk tujuan apa kedatanganku
Dimana akhirnya titik persinggahanku. (Rumi)

Rumi dengan bahasa puitisnya, sebagaimana Socrates dan Plato meski dengan gaya yang berbeda, mengajak kita untuk merenung dan berpikir untuk apa kita datang ke dunia ini? Mengapa Tuhan menciptakan kita? Mengapa ia harus ada dan untuk apa ia harus hidup? Gubahan syair Rumi di atas merupakan terjemahan bebas dari sabda Imam ‘Ali As; “Semoga Allah merahmati orang yang mempersiapkan dirinya dan menyiapkan dirinya untuk alam kubur? Orang yang mengetahui dari mana? Di mana? Dan kemana ia akan menuju?”
Alangkah indahnya Rumi menggubah hadis ini menjadi sebuah syair yang menawan; “Kudatang dari mana, untuk tujuan apa kedatanganku? Dimana titik akhir persinggahanku?
Menyitir John Poweristi (ilmuan Jerman): Semakin maju manusia makan pertanyaan ini akan semakin menganga bahwa mengapa manusia harus mati dan apa tujuan dari kedatangan dan kepergian ini?
Sebelum menjawab pertanyaan tujuan penciptaan manusia dari sudut pandang Islam yang menitikberatkan pada pendekatan filosofis dan gnostis dengan menggunakan ayat dan riwayat, kami mengajak Anda untuk memperhatikan beberapa poin berikut ini:
Apa tujuan (goal, hadaf) itu? Tujuan bermakna poin dan tanda yang disasar oleh pemanah ketika ingin melontarkan panah. Tujuan dalam bahasa keseharian kita, adalah hasil dari sebuah pekerjaan yang bebas dan penuh ikhtiar. Dimana seorang yang berakal dan bebas memikirkannya semenjak awal bahwa untuk sampai ke poin tersebut ia harus melakukan beberapa persiapan dan pendahuluan. Tentu saja kalaulah ia tidak bermaksud untuk meniti jalan kepada tujuan, pikiran ini tidak akan terlintas dalam benaknya. Pikiran untuk sampai tujuan ini disebut sebagai ghayat karena yang disasar adalah akhir dari perjalanan. Poin dan tanda yang menjadi maksud pelaku semenjak awal ini disebut sebagai hadaf dan gharadh. Dan dari sisi idealnya tujuan yang mengikat kehendak pelaku untuk mengerjakan perbuatan tersebut disebut sebagai “illat ghâyai”. (Muhammad Taqi Misbah Yazdi: 1999)
Dalam meniti jalan menuju tujuan ada lonceng peringatan yang berdentang ritmis; Pada langkah perdana pencarian, dalam menemukan tujuan dan jalan untuk sampai padanya, langkah kaki kita diiringi dengan lonceng peringatan yang meski mengguncang namun untuk ketelitian dan kesadaran fungsinya sangat bermanfaat. Lonceng peringatan itu berkata kepada kita: “Kehidupan ini hanya sekali dan tiket yang tersedia hanya untuk sekali perjalanan.” Peringatan ini mendorong kita untuk berpikir lagi dan memantapkan tekad untuk berusaha bertungkus lumus sampai pada tujuan yang dicanangkan sejak awal.

Pandangan Irfan dan Filsafat
Dua pandangan ini masing-masing berjajar secara vertikal dan dapat dibedakan antara satu dengan yang lain. Tuhan dalam pandangan Irfan adalah Wujud nir-batas dan absolut yang memiliki instanta luaran. Dan tiada wujud lain yang dapat dijumpai secara horizontal dan vertikal di bawahnya yang sama atau berbeda dengan wujud-Nya. Namun dalam sudut pandang Filsafat, Wujud Tuhan berada secara horizontal dan vertikal dan terdapat wujud-wujud yang lain di bawah-Nya, dan menjadi sebab untuk seluruh kesempurnaan hakiki dan faktual seluruh wujud tersebut. Dzat Wajib berada dalam hierarki wujud, dan tidak memiliki kait-kait partikular dan imkan-imkan yang lain. Namun harus diperhatikan bahwa para filosof setelah melesak melintasi tangga-tangga kausalitas, memahami bahwa Dzat Pencipta tidak memiliki kait-kait dan bersifat absolut. Dan pada puncak perjalanan seorang filosof, ia hinggap pada pengakuan terhadap kesatuan wujud.

Jawaban Filsafat dan Irfan
Filsafat dan Irfan dalam menjawab pertanyaan apa hidup itu? mengapa kita dicipta? Dan untuk tujuan apa? mengajak Anda untuk mencermati poin-poin berikut ini.
1. Hubb Dzat; Keindahan-Nya nyata-benderang tak-tersembunyikan. Tujuan penciptaan adalah Dzat Tuhan itu sendiri. Lantaran Dia mencintai diri dan karya-Nya yang menyebabkan Dia mencipta sehingga dengan cinta-diri ini sifat-sifat-Nya bertajalli. Dialah yang menciptakan manusia dari ketiadaan (’adam) kepada keberadaan (wujud). Sebelum manusia mendapatkan anugerah kehidupan, terlebih dahulu ia mendapatkan nikmat keberadaan. Kehidupan merupakan anugerah Ilahi kepada manusia. Tuhan Wujud dan Mewujudkan bahkan Swa-Eksisten. Tuhan Hidup dan Menghidupkan, Sumber kehidupan bahkan Swa-Hidup dan Ever-Living. Hidup yang didapatkan oleh manusia adalah bersumber darinya. Boleh jadi Tuhan mewujudkan sesuatu dimana dalam hal ini manusia namun tidak memberikan kehidupan kepadanya. Manusia setelah dicipta (diwujudkan) lalu ditiupkan nafas kehidupan pada dirinya.
Dar Azal Partu husnat ze Tajali Dam Zad
Isyq paida Syud wa Atasy bar hame ‘Alam Zad
Pada azal pancaran keindahan-Mu menjelma
Terajut cinta dan api membakar seluruh semesta (Hafiz)
Maksudnya bahwa tatkala Tuhan menghendaki dzat-Nya bertajalli muncullah cinta dan cinta itu membakar seluruh semesta dan manusia. Semesta dan manusia yang terbakar cinta bergerak berlari ke arah-Nya. “Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.” (Qs. Syura [42]:53) Dalam ayat ini verba yang digunakan adalah verba present contionuos tense (mudhare’) yang menunjukkan kedawaman dan kesenantiasaan. Artinya bahwa seluruh urusan seluruhnya senantiasa dan secara dawam kembali kepada Allah Swt. (Al-Mizan, Muh. Husain Thaba-thabai)
Hubb-Dzat ini dapat kita jumpai dalam sebuah hadis qudsi yang terkenal sebagai hadis kanz, “Aku adalah Khazanah tersembunyi, Aku cinta untuk dikenal, maka Kumencipta supaya dikenal.”
Dengan demikian seluruh jagad raya ini bergerak berputar menyasar tujuan ini. Dan manusia, mau-tak-mau, tahu-tidak-tahu, bergerak menuju pada tujuan tersebut. “Dan hanya kepunyaan Allah-lah timur dan barat. Maka ke arah mana pun kamu menghadap, di situlah terdapat “wajah” Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Baqarah [2]:115)
Dimanapun engkau palingkan wajahmu engkau jumpai Tuhan Mahatahu dan Mahaluas
Jiwa merupakan tirai kecintaan-Nya
Melihat cermin pancaran diri-Nya
Setiap bunga yang bersemi adalah karya, corak dan semerbak firman-Nya (Hafiz)

2. Istijla’: Jala bermakna melihat diri sendiri. Misalnya melihat diri di hadapan cermin. Istijla’ artinya Allah Swt menampilkan diri-Nya di luar sehingga Dia menyaksikkan diri-Nya. Kesempurnaan istijla ini hanya dapat disaksikan pada sosok manusia sempurna (insan kamil); satu-satunya manusia yang menjadi jelmaan sempurna Haq Swt. Pada diri insan kamil Allah Swt menyaksikan jelmaan diri-Nya dan dialah yang mengemban amanat berat Ilahi di pundaknya.(Yadullah Yazdan Panah:2001)
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, lalu semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan khawatir akan mengkhianatinya. Tetapi manusia (berani) memikul amanat itu. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (lantaran ia tidak mengenal amanat itu dan menzalimi dirinya sendiri).” (Qs. Al-Ahzab [33] :72)

3. Mengenal Tuhan dan Semesta; Tujuan penciptaan manusia adalah manusia melihat dan mengenal semesta dengan pandangan Ilahiah; “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah senantiasa turun di antara keduanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (Qs. Thalaq [65]:12) Beriman kepada Allah yang kekuasaan dan ilmu-Nya tiada terbatas sangat konstruktif bagi manusia. Dengan anggapan bahwa Dia mengetahui segala sesuatu, oleh karena itu kita harus berhati-hati untuk tidak terkontaminasi. Karena Dia berkuasa atas segala sesuatu, oleh karena itu kita harus berhati-hati untuk senantiasa menempatkan Dia dalam setiap urusan dan hanya pada-Nya meminta pertolongan. (Abdullah Jawadi Amuli:2000)

4. Penghambaan kepada Tuhan; Manusia diciptakan untuk beribadah dan menghamba kepada Tuhan dan tiada menyembah selain-Nya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.“ (Qs. Al-Dzariyat [51] :56) Lantaran ibadah yang menjadi maksud penciptaan mausia. Namun apa yang dimaksud dengan ibadah itu hanya terfokus pada shalat, zakat, puasa, haji dan semacamnya? Tentu saja tidak. Hakikat penghambaan adalah manusia hanya menyembah kepada Tuhan dan dalam kehidupannya tiada tempat yang ia jadikan sandaran selain Tuhan. Dialah sebagai satu-satunya tumpuan asa dan harapan. (Mizan, Allamah Thaba-thabai). Dengan kata lain, setiap gerakan dan perbuatan baik yang dilakukan manusia takala ia maksudkan untuk Tuhan dan berwarna Ilahiah maka gerakan dan perbuatan tersebut tergolong sebagai ibadah. Dalam keadaan sedemikian makan, tidur, belajar, pekerjaan seluruhnya dalam pancaran satu cahaya. Shalat dan pujian yang seragam berseru “Katakanlah Dia Allah.” Dalam kaitan ini, Baba Thahir bersenandung:
Khusya Anan ke Allah Yarasyan bi
Ke Hamdu Qul HuwaLlah Karaysan bi
Khusya Anan ke Daim dar Namazand
Behesyt Jâwidan Ma’wasyan bi
Alangkah bahagianya mereka Tuhan menjadi penolongnya
Hamd (memuji) dan QulHuwallah (berkata Allah) perbuatannya
Alangkah bahagianya mereka yang senantiasa dalam kondisi shalat
Jannatul Ma’wa tempat kembalinya (Baba Thahir)
Ayat di atas menunjukkan dan menegaskan bahwa “makhluk atau ciptaan adalah penyembah Tuhan”, dan bukan bermakna bahwa “Dia adalah yang disembah oleh makhluk”, karena hal ini bisa dilihat dari ayat yang mengatakan “… supaya mereka menyembah-Ku“, bukannya mengatakan “Akulah yang menjadi sembahan mereka”. Pada dasarnya yang ingin disampaikan adalah bahwa manusia itu harus secara sadar, berpengetahuan, dan bebas menjadi hamba Tuhan. Manusia harus yakin bahwa Tuhanlah yang layak untuk disembah dalam segala bentuknya. Tuhan tidak ingin memaksa makhluk dan ciptaannya untuk menyembahnya. Dengan demikian, manusia dan makhluk adalah penyembah Tuhan yaitu bahwa ia senantiasa menyembah-Nya. Jadi titik tekan penyembahan dan ibadah di sini adalah bahwa manusia dan makhluk sebagai subyek yang menyembah, bukan obyek yang disembah (baca: Tuhan).

5. Pagelaran ujian; Tuhan Yang Mahapengasih dan Mahabijaksana menyediakan lahan dan pelataran semesta sehingga segala potensi menyempurna yang dimiliki manusia teraktualisasi secara menyeluruh. “Yang menciptakan mati dan hidup supaya Dia mengujimu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Qs. Al-Mulk:2)
Allamah Thaba-thabai Ra dalam menafsirkan ayat ini berkata: “Bahwa adanya penciptaan hidup dan mati adalah untuk diketahui siapa yang lebih baik amalnya. Maksudnya orang-orang yang lebih baik amalnyalah yang sebenarnya menjadi maksud penciptaan. Adapun orang-orang selain mereka diciptakan lantaran keberadaan orang-orang ini.” (Tafsir Al-Mizan) Dengan kata lain, untuk amal shalehlah hidup dan mati diciptakan. Kehidupan dan kematian digelar sebagai arena dan gelanggang bagi manusia untuk beramal shaleh.

6. Kedekatan (taqarrub) dan meraih rahmat Ilahi; Tujuan penciptaan manusia adalah sampainya manusia ke rahmat dan qurb Ilahi; “Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk (menerima rahmat) itulah Allah menciptakan mereka.” (Qs. Hud [11]:118-119)
Posisi tertinggi yang bisa diraih oleh manusia adalah maqam kedekatan kepada Tuhan. Yang dimaksud dengan kedekatan kepada Tuhan adalah bahwa manusia sampai pada derajat dimana dia menemukan hubungannya dengan Tuhan.
Sebagaimana Anda ketahui bahwa seluruh eksistensi dan maujud-maujud dalam penciptaan memiliki interaksi dengan-Nya. Seluruh maujud-maujud alam tidaklah bergantung sebagaimana kebergantungan mereka kepada-Nya.
Dalam salah satu ayat-Nya, Allah Swt berfirman, “Hai manusia, kamulah yang memerlukan kepada Allah; dan hanya Allah-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Qs. Fathir [35]: 15)
Yang dimaksud dengan kesempurnaan akhir adalah bahwa manusia akan sampai pada suatu stasiun (maqam) dimana dia memahami kekurangan dan kebergantungannya kepada Tuhan. Pemahaman ini, bukan merupakan pemahaman yang diperolah secara hushuli (perolehan) karena pemahaman perolehan ini bisa diperoleh dengan bantuan dari argumentasi-argumentasi filosofi, melainkan yang dimaksud pemahaman di sini adalah pemahaman hudhuri dan penyaksian irfani (mukasyafah dan musyahadah).
Artinya bahwa manusia akan menggapai maqam tersebut dimana dia tidak ada sesuatupun yang akan mampu menarik perhatiannya selain Tuhan, wujudnya seakan telah memurni dan tidak ada satu perbuatanpun yang dilakukannya selain untuk mencari keridhaan Ilahi. Manusia yang telah mencapai maqam dan posisi seperti ini sama sekali tidak akan pernah menganggap adanya kemandirian untuk dirinya dan dia mengarungi kehidupannya salam satu interaksi permanen dan penyaksian irfani dengan Tuhan. Pada posisi dan derajat seperti ini, dimana tidak ada lagi bekas dari diri dan kedirian baginya, apapun yang ada adalah dari Tuhan. Imam Ali As berkaitan dengan interaksi pemahaman hudhuri dan penyaksian irfani bersabda, “Aku tidak menyembah Tuhan yang tidak aku lihat.” “Aku tidak melihat sesuatu kecuali aku melihat Tuhan bersamanya.”

Dari keenam tujuan yang disebutkan di atas: Tujuan yang disebutkan pada poin 2 hingga 6 dapat disimpulkan pada satu tujuan dengan penjelasan bahwa Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia sehingga dengan pilihannya, ia menapaki jalan makrifat dan ibadah kepada Tuhan. Dan di atas jalan tersebut ia menggapai rahmat Ilahi dan meraup kebahagiaan. Dan dengan perantara rahmat itu ia mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa: Tujuan pamungkas dari penciptaan manusia adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Ujian manusia, beribadah kepada Tuhan masing-masing merupakan wasilah untuk sampai kepada tujuan pamungkas ini. Oleh karena itu selain mendekatkan diri dan rahmat Ilahi, terdapat tujuan-tujuan intermedit yang merupakan keniscayaan bagi manusia sampai kepada tujuan akhir ini. (Taqi Misbah Yazdi:1367)

Bagaimana sampai pada Tujuan
Sebagai penutup layak untuk disebutkan di sini bahwa secara selintasan jalan untuk sampai kepada tujuan penciptaan.
Allah Swt memberikan risalah di pundak manusia-manusia terunggul dari kalangan para nabi dan wali. Dan manusia dengan mengikuti jalan para nabi dan wali, mengamalkan petunjuk dan ajarannya maka ia akan sampai kepada tujuan utama penciptaannya; Al-Qur’an dalam hal ini menegaskan: “Maka bertakwalah kepada Allah. hai orang-orang berakal yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu, dan mengutus) seorang rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang jelas supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh dari kegelapan kepada cahaya.” (Qs. Thalaq [56]:10-11)
Ayat ini dengan nada khusus menjelaskan realitas ini bahwa para nabi diutus untuk menarik tangan manusia, dan mengeluarkan manusia dari kegelapan lantaran kejatuhannya dari kediaman aslinya, kepada cahaya yang merupakan hakikat manusia dan ruh Tuhan yang terpendam dalam dirinya.
“Hai nabi, sesungguhnya kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan, dan sebagai penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi pelita yang menerangi.” (Qs. Al-Ahzab [33]:45-46)
Ayat ini dengan jelas mengisahkan realitas bahwa pengutusan para nabi adalah untuk menyeru dan mengajak manusia kepada Allah Swt dan mereka bak pelita benderang, menerangi jalan manusia untuk mencapai tujuannya.
Dari beberapa poin di atas dapat disimpulkan bahwa manusia dicipta bukan tanpa tujuan. Lantaran Tuhan Sang Pencipta, berdasarkan hikmah dan kebijaksanaan-Nya, tidak berbuat sesuatu tanpa memiliki tujuan. Penciptaan manusia dan semesta bagi Tuhan merupakan hubb-Dzati (kecintaan diri), medan bertajalli (manifestasi), supaya yang dicipta beribadah kepada Sang Pencipta, medan ujian, dan yang paling pamungkas adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Mengkaji hidup dengan cara sedemikian mengajak manusia untuk hidup yang lebih bernilai, berbobot dan berkualitas. Hidup yang berada di bawah pancaran mentari Ilahi yang memberikannya kehidupan. “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan rasul apabila rasul menyerumu kepada suatu yang memberi kehidupan kepadamu.” (Qs. Al-Anfal [8]:24) [www.wisdoms4all.com/ind]

Isyraq.wordpress.com


[+/-] Selengkapnya...

Read More..

10.06.2008

PERSIAPAN MEMBELI RUMAH

Oleh: Safir Senduk

Rini baru saja menidurkan Adit, putranya yang berusia 3 tahun ketika suaminya, Indra, menghampirinya dan berkata, "Ma, aku rasa sudah waktunya kita punya rumah sendiri."

Ah, bertahun-tahun rasanya kalimat itu sangat diharapkan Rini keluar dari mulut suaminya. Betapa tidak, setelah 5 tahun perkawinan mereka, Indra tidak pernah benar-benar menyatakan berniat untuk memiliki rumah. Sampai saat ini mereka memang masih tinggal bersama orang tua Indra. Walaupun mertuanya sangat menyayanginya, sebetulnya Rini lebih senang jika bisa tinggal di rumah sendiri. Lagi pula Adit yang selama ini tidur bersama mereka, sepertinya sudah mulai pantas untuk punya kamar sendiri.
Pembaca, bila kita bertanya kepada setiap orang yang belum memiliki rumah, hampir semuanya spontan mengatakan bahwa akan lebih baik bila mereka bisa memiliki rumah sendiri dibanding sekadar menyewa. Alasannya bisa bermacam-macam. Saya di sini tidak ingin bicara tentang apa untung ruginya memiliki rumah sendiri dengan hanya menyewa saja. Karena sekali lagi, ada banyak sebab yang melatarbelakangi timbulnya keinginan untuk memiliki rumah sendiri.
Oke, keinginan, sih, keinginan. Tapi saya rasa tidak semua dari Anda punya cukup uang, kan, untuk bisa memenuhi keinginan tersebut? Ini karena kondisi keuangan masing-masing dari Anda berbeda-beda. Tidak jadi masalah bagi Anda yang pada saat ini sudah memiliki dana yang cukup untuk bisa membeli rumah. Tapi bagaimana bagi Anda yang belum memiliki dana yang cukup pada saat ini?


Kapan Saat yang Tepat untuk Membeli Rumah?
Bagi Anda yang pada saat ini belum memiliki rumah, kapan sih saat yang tepat bagi Anda untuk membelinya? Sebetulnya tidak ada jawaban yang pasti. Sejumlah peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Anda mungkin adalah pertanda bahwa sudah saatnya bagi Anda untuk membeli sebuah rumah. Misalnya saja, rencana menikah atau bertambahnya anggota keluarga mungkin merupakan suatu pertanda bahwa Anda mungkin sudah harus memiliki rumah sendiri.
Perhatikan bahwa membeli rumah, baik bagi yang baru pertama kali maupun bagi yang sudah beberapa kalinya, selalu merupakan suatu keputusan penting yang perlu pemikiran matang. Iya dong, karena dengan membeli rumah, maka Anda mungkin harus memiliki suatu komitmen jangka panjang. Kalau nanti rumah Anda rusak-rusak pada tahun kelima, ketujuh atau kesembilan, Anda kan tetap harus keluar uang untuk memperbaikinya kan? Itulah yang dimaksud dengan komitmen jangka panjang, yaitu bahwa apa pun yang terjadi dengan rumah itu, selama rumah itu adalah milik Anda, maka Anda harus merawatnya.
Bagi Anda yang membeli rumah secara kredit, maka Anda mungkin harus membayar cicilan rumah dengan jangka waktu yang bervariasi, mulai dari satu, tiga, lima, hingga 15 tahun lamanya. Belum lagi Anda juga harus membayar biaya-biaya lain yang mungkin muncul di tengah jalan, seperti perawatan rumah, renovasi, perluasan, dan lain-lain sehingga dalam perjalanannya nanti rumah Anda mungkin akan terus menyesuaikan diri dengan gaya hidup Anda sekeluarga.


Bagi Sebagian Orang, Punya Rumah adalah Impian
Jika ditinjau dari fungsinya, rumah semata-mata adalah tempat bernaung. Jangan lupa bahwa memiliki tempat untuk bernaung merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi seperti layaknya makanan dan pakaian. Kalau Anda butuh makan dan butuh pakaian, maka Anda juga perlu tempat untuk bernaung.
Bagi kebanyakan orang, memiliki rumah adalah suatu impian yang sudah ada dalam benak mereka sejak jauh-jauh hari, di mana seringkali impian itu terbentuk dari pengalaman hidup mereka. Mungkin saja seseorang yang di masa kecilnya tidak mempunyai halaman untuk bermain ingin sekali memiliki rumah dengan halaman yang luas. Di lain pihak, bagi orang yang kebetulan dilahirkan sebagai anak tunggal mungkin saja menginginkan rumah mungil yang asri dan nyaman.
Karena itu, tidak ada rumusan yang tepat ketika berbicara tentang seperti apa rumah idaman itu, karena rumah dengan model seperti ini mungkin cocok untuk orang dengan tipe ini tetapi belum tentu cocok untuk orang dengan tipe itu.
Namun demikian, terkadang kita dihadapkan pada kenyataan bahwa secara ekonomi kita belum mampu memiliki rumah, tidak peduli bahwa kebutuhan untuk punya rumah sendiri mungkin sudah sangat mendesak sekalipun. Belum lagi ditambah dengan adanya keinginan kuat untuk mewujudkan rumah idaman dengan model ini atau itu.
Yang pasti, ketika Anda sudah memutuskan untuk membeli rumah, maka selalu ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, seperti kondisi ekonomi, kecenderungan turun naiknya harga rumah, bunga kredit bank dan ¬ yang paling penting ¬ kondisi keuangan Anda. Sudah cukup amankah penghasilan Anda? Berapa jumlah tabungan Anda saat ini? Berapa jumlah pengeluaran rutin Anda? Dan lain sebagainya dan lain sebagainya.
Pada tulisan kali ini, saya akan membahas tentang langkah-langkah persiapan apa yang harus Anda lakukan bila Anda memutuskan untuk membeli rumah:
1. Putuskan rumah seperti apa yang Anda inginkan dan cobalah mencarinya
Ada baiknya bila Anda terlebih dahulu mengambil kertas dan menuliskan apa yang sebetulnya menjadi kebutuhan Anda yang bisa dipenuhi dalam rumah itu, seperti berapa jumlah kamar yang Anda inginkan? Berapa jumlah kamar mandinya? Sebesar apa halamannya? Haruskah rumah itu memiliki garasi? Seperti apa kondisi atap yang Anda inginkan?
Setelah itu, coba tuliskan juga fasilitas-fasilitas umum macam apa yang Anda inginkan disekitar rumah Anda, apakah rumah Anda harus berada di pinggir jalan raya? Apakah Anda ingin agar rumah Anda dekat dengan rumah ibadah? Atau apakah Anda ingin agar ada sekolah di dekat rumah Anda?
Setelah menuliskannya, tiba waktunya bagi Anda untuk mulai mencari rumah yang memenuhi ¬ atau paling tidak mendekati ¬ keinginan Anda. Mungkin ada baiknya bila Anda datang ke berbagai pameran rumah karena disana Anda bisa mendapatkan banyak sekali informasi rumah dari para sales yang siap membantu Anda. Ditambah lagi, di pameran biasanya juga ditawarkan potongan harga yang cukup besar.
Tentu saja, sebaiknya Anda tidak langsung percaya pada gambaran kondisi rumah yang tertera pada brosur penjualan atau maket di pameran tersebut, karena dalam prakteknya seringkali kenyataannya berbeda dengan apa yang ada di lapangan. Apa yang harus Anda lakukan adalah dengan datang ke lokasi dan melihatnya sendiri. Malah kalau perlu, buat sejumlah foto dari rumah-rumah tersebut pada saat kunjungan agar bisa Anda pelajari sendiri foto-foto tersebut di rumah.
Lihatlah beberapa rumah sekaligus, karena makin banyak kemungkinan yang Anda lihat akan makin baik. Bandingkan satu dengan yang lain, sehingga dari situ Anda akan memiliki gambaran tentang rumah mana yang terbaik untuk Anda.

2. Lihat berapa harga rumah dan berapa jumlah yang harus Anda bayar untuk bisa membelinya
Kita anggap saja Anda sudah tahu tentang rumah mana yang Anda inginkan. Setelah itu, tanyakan berapa harganya. Jangan kaget kalau harganya mahal, karena rumah sebetulnya adalah salah satu pembelian terbesar yang mungkin pernah Anda lakukan dalam hidup Anda.
Oh ya, kadang-kadang mungkin ada biaya-biaya lain juga lho yang harus Anda bayar. Contohnya seperti Biaya Pemesanan (booking fee), Akte Jual Beli, Biaya Balik Nama Serfikat, Biaya Jasa Notaris dan lain sebagainya. Jadi sebetulnya, tidak hanya harga rumah itu saja yang harus Anda bayar, tetapi ada biaya-biaya lain juga yang harus Anda antisipasi sehingga dari sini Anda bisa menghitung berapa jumlah keseluruhan yang harus Anda bayar untuk bisa mendapatkan rumah yang Anda inginkan.

3. Hitung berapa jumlah dana yang Anda miliki saat ini
Setelah tadi Anda melihat rumah yang Anda inginkan dan menanyakan harganya, sekarang cobalah menghitung berapa jumlah dana yang Anda miliki pada saat ini. Dana tersebut bisa berasal dari tabungan, deposito atau dari koleksi investasi Anda yang lain. Kemudian, barulah kita masuk ke langkah berikut

4. Putuskan apakah Anda akan membeli secara tunai atau kredit
Anda sudah menghitung berapa jumlah dana yang Anda miliki pada saat ini. Dari situ, sekarang pertanyaannya adalah: apakah dana Anda cukup untuk bisa membeli rumah tersebut secara tunai? Kalau ya, bagus. Anda mungkin bisa langsung membeli rumah tersebut dan persoalannya selesai. Bagaimana bila Anda tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli rumah tersebut secara tunai? Jelas Anda harus ambil kredit.
Kalau Anda datang ke bank, maka bank biasanya memiliki produk kredit yang bisa dimanfaatkan untuk membeli rumah. Nama produk ini adalah KPR atau Kredit Pemilikan Rumah. Untuk bisa mengambil KPR, maka bank biasanya tidak akan mau membayari rumah Anda 100%. Mereka hanya akan membayari rumah Anda sekitar 70% dari harga rumah, sisanya yang 30% harus Anda bayar sendiri dari kantong Anda. Bagaimana caranya? Kalau harga rumah yang Anda inginkan adalah Rp 100 juta, maka Anda harus membayar dulu 30%-nya dari kantong Anda (dalam contoh ini berarti Rp 30 juta). Setelah itu, barulah bank akan melunasi sisanya yang 70% (yaitu Rp 70 juta). Di sini, jumlah 30% yang Anda bayar dianggap oleh bank sebagai Uang Muka (Down Payment = DP)

5. Siapkan dananya
Sekarang, bagaimana kalau dana yang Anda miliki tidak cukup untuk bisa membayar Uang Muka yang 30% itu? Boro-boro bisa bayar yang 30 %, wong untuk bayar 10 %-nya saja enggak cukup Gimana dong kalau begitu?
Bila demikian, maka Anda mungkin harus menabung secara rutin untuk bisa mengumpulkan uang muka tersebut. Sebagai contoh, kalau harga rumah yang Anda inginkan adalah Rp 100 juta, 30 %-nya berarti Rp 30 juta. Nah, kalau dana Anda saat ini cuma Rp 5 juta, ini berarti Anda harus menabung untuk bisa mengumpulkan sisanya yang Rp 25 juta.
Di lain pihak, bisa saja Anda menabung bukan untuk membayar Uang Muka, tetapi untuk membayar rumah tersebut secara tunai 100 %. Walaupun mungkin hal ini bisa memakan waktu lama, tetapi dengan demikian Anda tidak perlu ambil kredit lagi kan? Dalam contoh di atas, ini berarti Anda harus menabung sampai bisa mengumpulkan Rp 100 juta dalam rekening Anda agar bisa membeli rumah tersebut secara tunai.
Tapi awas, jangan lupa untuk memasukkan unsur inflasi dalam perhitungan Anda. Artinya, harga rumah pada saat ini adalah Rp 100 juta. Anda lalu memutuskan untuk menabung selama satu tahun agar dana Rp 100 juta tadi bisa terkumpul. Tapi, mungkin saja setelah satu tahun harga rumah tersebut sudah naik sekitar sepuluh, duapuluh, atau tiga puluh persen. Jadi, jumlah yang harus Anda tabung bukan lagi Rp 100 juta, tetapi sebaiknya ¬ mungkin - sekitar Rp 130 juta.

TAWAR, TAWAR, TAWAR
Bila Anda membeli rumah dari pengembang (developer), maka rumah tersebut biasanya masih baru, berada di kompleks perumahan dan belum pernah ditempati sama sekali. Untuk rumah seperti ini, biasanya harga yang ditawarkan pengembang adalah harga pas.
Namun demikian, Anda bisa juga tidak membeli rumah dari pengembang, tetapi dari orang yang sudah menempati rumah tersebut. Jadi, istilahnya adalah rumah bekas. Nah, untuk rumah seperti ini biasanya harga yang ditawarkan masih bisa dinegosiasikan. Karena itu, ada beberapa informasi yang sebaiknya Anda dapat sehingga Anda bisa lebih siap dalam melakukan tawar menawar harga dengan si penjual:
• Cek apakah harga rumah yang ditawarkan penjual kurang lebih sama dengan harga rumah lain dengan kondisi yang sama dan di lokasi yang sama. Bila harga rumah di tempat lain tersebut lebih rendah, Anda mungkin bisa meminta si penjual menurunkan harganya.
• Cek juga kondisi rumah tersebut, apakah rumah itu memiliki sejumlah kerusakan yang ¬ tidak bisa tidak ¬ harus diperbaiki oleh Anda sebagai pemilik barunya nanti. Semakin banyak kerusakannya, posisi tawar menawar Anda bisa lebih kuat karena Anda bisa meminta si penjual menurunkan harga rumahnya.
• Cek juga sudah berapa lama rumah tersebut ditawarkan untuk dijual. Jika rumah itu sudah ditawarkan dalam waktu yang cukup lama, maka si penjual mungkin akan makin ingin menjual rumahnya dan mau menerima tawaran harga yang lebih rendah.


INGIN RUMAH IDAMAN ANDA? Silahkan kunjungi BANNER dibawah ini

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 695/XIV


[+/-] Selengkapnya...

Read More..

MENDULANG PAHALA PASCA RAMADHAN

Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah
Ramadhan memang telah lewat. Namun, ini tidak berarti menyurutkan semangat kita dalam beribadah. Masih banyak tambang pahala di luar Ramadhan…

Ramadhan berlalu sudah, meninggalkan sepenggal duka di hati insan beriman karena harus berpisah dengan bulan yang penuh keberkahan dan kebaikan. Terbayang saat-saat yang sarat ibadah; puasa, tarawih, tadarus al-Qur’an, dzikir, istighfar, sedekah, memberi makan orang yang berbuka… Rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala dipenuhi jama’ah, majelis-majelis dzikir dan ilmu, dipadati hadirin. Mengingat semua itu, tersimpan satu asa: andai setiap bulan dalam setahun adalah Ramadhan. Namun, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan segala sesuatu dengan hikmah-Nya. Yang tersisa hanyalah satu tanya: adakah umur akan sampai di tahun mendatang untuk bersua kembali dengan Ramadhan?
Ya. Ramadhan memang telah meninggalkan kita. Namun, bukan berarti pupus harapan untuk meraih kebaikan demi kebaikan, karena buan-bulan ynag datang setelah Ramadhan pun memberi peluang kepada kita untuk mendulang pahala. Demikianlah seharusnya kehidupan seorang muslim. Ia habiskan umur demi umurnya, waktu demi waktunya di dunia, untuk mengumpulkan bekal agar berolah kebahagiaan dan keberuntungan di negeri akhirat kelak.
Datangnya Syawwal setelah Ramadhan
Hari pertama bulan syawwal ditandai dengan gema takbir, tahlil dan tahmid dari lisan-lisan kaum muslimin, menandakan tibanya hari Idul Fithri. Berpagi-pagi kaum muslimin munuju ke tanah lapang untuk mengerjakan shalat Idul Fithri sebagai tanda syukur kepada Rabb yang telah memberikan benyak kenikmatan, termasuk nikmat adanya hari Idul Fithri. Tidak ketinggalan kaum wanita muslimah, turut keluar ke tanah lapang. Dan keluarga wanita ini termasuk perkara yang disyariatkan dalam agama Islam sebagaimana ditunjukkan dalam hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam
Hafshah bintu Sirin, seorang wanita yang alim dari kalangan tabi’in rahimahullah berkata yang artinya:
”Kami dahulu melarang gadis-gadis kamii untuk keluar (ke mushalla/ tanah lapang) pada hari ’Idii. Datanglah seorang wanita, ia singgah/ tinggal di bangunan bani Khalaf. Maka aku mendatanginya. Ia kisahkan kepadanya bahwa suami dari saudaranya perempuaniii (iparnya) pernah ikut berperang bersama Nabi Shallallahu ’alaihi wassalam sebanyak 12 kali dan saudanya perempuannya itu menyertai suaminya dalam peperangan. Saudara perempuannya itu mengatakan: ’(Ketika ikut serta dalam peperangan), kami (para wanita) mengurusi orang-orang yang sakit dan mengobati orang-orang yang laku (dari kalangan mujahidin).’ Saudara perempuannua itu juga mengatakan ketika mereka diperintah untuk ikut keluar ke mushalla ketika ’Id: ’Wahai Rasulullah, apakah berdosa salah seorang dari kami bila ia tidak keluar ke mushalla (pada hari ’Id) karena tidak memiliki jilbab?’ Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab: ’Hendaklah saudaranya meminjamkan jilbabnya kepadanya, agar mereka (para wanita) dapat menyaksikan kebaikan dan doanya kaum mukminin.’
Hafshah berkata: ”Ketika Ummu ’Athiyyah Radliallahu ’anha datang (ke daerah kami), aku mendatanginya untuk bertanya: ’Apakah engkau pernah mendengar tentang ini dan itu?’ Ummu ’Athiyyah berkata: ’Iya, ayahku menjadi tebusannya.’ –Dan setiap kaliUmmu ’Athiyyah menyebutkan Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam, ia berkata: ’Ayahku menjadi tebusannya.’ Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: ’Hendaklah gadis-gadis perawan yang dipingit…’ Atau beliau berkata: ’Hendaklah gadis-gadis perawan dan wanita-wanita yang dipingit… –Ayyub, perawi hadits ini ragu- (ikut keluar ke mushalla ’Id). Demikian pula wanita-wanita yang sedang haid. Namun, hendaklah mereka memisahkan diri dari tempat shalat, agar mereka dapat menyaksikan kebaikan dan doa kaum mukminin.’ Waniti itu berkata: Aku bertanya dengan heran: ’Apakah wanita haid juga diperintahkan keluar?’ Ummu ’Athiyyah menjawab: ’Iya, Bukanlah wanita haid juga hadir di Arafah, turut menyaksikan ini dan ituiv?” (HR. Al-Bukhari no. 324, 980 dan Muslim no. 2051)
Ditekankannya perkara keluarnya wanita ke mushalla ’Id ini tampak pada perintah Rasulullah Shallallhu ’alaihi wasallam agar wanita yang tidak punya jilbab tetap keluar menuju mushalla dengan dipinjami jilbab wanita yang lain. Beliau Shallallahu ’alaihi wasallam sama sekali tidak memberikan udzur ketiadaan jilbab tersebut untuk membolehkan si wanita tidak keluar ke mushalla.
Di masa Nabi shallallahu ’alaihi wasallam dahulu, para shahabiyyah menjalankan sabda Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam di atas sehingga mereka dijumpai ikut keluar ke mushalla ’id. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam pun menaruh perhatian atas kehadiran mereka dengan memberikan nasihat khusus kepada mereka di tempat mereka tatkala beliau pandang khutbah ’Id yang beliau sampaikan tidak terdengar oleh mereka. Sebagaimana ditunjukkan dalam hadits berikut: Ibnu Abbas radliallahu ’anhuma berkata yang artinya:
”Aku bersaksi behwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam mengerjakan shalat ’Id sebelum khutbah, kemudian beliau berkhutbah. Baliau memandang bahwa khutbah yang beliau sampaikan tidak terdengar oleh kaum wanita. Maka beliau pun mendatangi tempat para wanita, lalu memperingatkan mereka, menasihati dan memerintahkan mereka untuk bersedekah. Sementara Bilal membentangkan pakaiannya untuk mengumpulkan sedekah para wanita tersebut. Mulailah wanita yang hadir di tempat tersebut melemparkan cincinnya, anting-antingnya dan perhiasan lainnya (sebagai sedekah).” (HR. Al-Bukhari no. 1449 dan Muslim no. 2042)
Kepada para wanita yang hadir tersebut Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam menasihatkan yang artinya:
”Bersedekahlah kalian, karena mayoritas kalian adalah kayu bakar Jahannam.” Salah seorang wanita yang hadir di tengah-tengah para wanita, ynag kedua pipinya kehitam-hitaman, berdiri lau berkata: ”Kenapa kami mayoritas kayu bakar Jahannam, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Karena kalian itu banyak mengeluh dan mengingkari kebaikan suami.” (HR. Muslim no. 2045)
Puasa Sunnah di Bulan Syawwal
Selain kegembiraan di hari awal bulan Syawwal dengan datangnya Idul Fithri, ada keutamaan yang dijanjikan bagi setiap insan beriman di bulan yang datang setelah Ramadhan ini, yaitu disunnahkannya ibadah puasa selama enam hari. Sebenarnya, ulama berbeda pendapat tentang sunnah atau tidaknya puasa ini. Al-Imam Asy-Syafi’i, Al-Imam Ahmad, Dawud, dan orang-orang yang sepakat dengan mereka berpendapat sunnah. Sedangkan Al-Imam Malik dan Abu Hanifah memakruhkannya. Al-Imam Malik berkata dalam Al-Muwaththa’: ”Aku tidak melihat seorang pun dari ahlul ilmi yang mengerjakan puasa ini.” Mereka mengatakan: Puasa dimakruhkan agar tidak disangka puasa ini termasuk kewajiban (karena dekatnya dengan Ramadhan).
Namun, pendapat yang rajih/ kuat adalah pendapat yang mengatakan sunnahnya puasa enam hari di bulan Syawwal, karena adanya hadits shahih lagi sharih/ jelas dari Rasulullah Shallallahu ’alahi wasalam. Shahabat yang mulia Abu Ayyub al-Anshari Radliallahu ’Anhu menyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda yang artinya:
”Siapa yang puasa Ramadhan, kemudian ia mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka puasanya itu sepertinya puasa setahun.” (HR. Muslim no. 2750)
Tentunya keberadaan hadits yang shahih tidak boleh ditinggakan karena mengikuti pendapat sebagina atau mayoritas orang, bahkan pendapat semua orang sekalipun. (Al-Minhaj, 8/297)
Udzur paling bagus yang diberikan kepada Al-Imam Malik rahimahullah dengan pendapat beliau ynag memakruhkan puasa enam hari di bulan Syawwal adalah udzur ynag dinyatakan oleh Abu ’Umar Ibnu ’Abdil Baar rahimahullah: ”Hadits ini tidak sampai kepada Al-Imam Malik. Seandainya sampai kepada beliai, niscaya beliau aka berpendapat sebagaimana hadits tersebut.” (Taudhihul Ahkam, 3/534)
Ulama kita menafsirkan hadits di atas dengan menyatakan kebaikan itu dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh kali. Sehingga Ramadhan yang dikerjakan selama sebulan dilipatgandakan senilai sepuluh bulan. Sementara puasa enam hari bila dilipatgandakan sepuluh berarti memiliki memiliki nilai enam puluh hari yang berarti sama dengan dua bulan. Sehingga bila seseorang menyempurnakan puasa Ramadhan ditambah dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, jadilah nilai puasanya sama dengan setahun penuh (12 bulan). Tercapailah pahala ibadah setahun dengan tidak memberikan kepayahan dan kesulitan, sebagai keutamaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dari nikmat-Nya atas hamba-hamba-Nya. (Al-Hawil Kabir, 3/475, Syarh Riyadhish Shalihin, Asy-Syaikh Ibu ’Utsaimin, 3/413, taudhihul Ahkam, 3/534)
Adapun pelaksanaan puasa enam hari di bulan Syawwal ini bisa dilakukan di awwal atau di akhir bulan, secara berurutan atau dipisah-pisah, karena haditsnya menyeutkan secara mutlak tanpa pembatasan waktu. (Al-Mughni, kitab Ash-Shiyam, mas’alah wa man Shama Syahra Ramadhan, wa Athba’ahu bi Sittin min Syawwal)
Dzulhijjah Bulan Haji
Bulan Dzulhijjah yang datang setelah Syawwal dan Dzulqa’dah adalah bulan yang juga memiliki keutamaan untuk memperbanyak amal shalih di dalamnya. Terutama di sepuluh hari yang awal, karena Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam telah bersabda yang artinya:
”Tidak ada hari di mana amal shalih pada saat itu lebih dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada hari-hari yang sepuluh ini.” Mereka berkata: ”Wahai Rasulullah, tidak pula jihad fi sabilillah?” Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam menjawab: ”Tidak pula jihad fi sabilillah, kecuali seseorang keluar berjihad membawa jiwa dan hartanya, kemudian tidak ada sesuatupun yang kembali darinya (ia kehilangan jiwanya dan hartanya dalam peperangan).” (HR. At-Tirmidzi no. 757 dan selainnya, dishaihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)
Ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam: “al-‘amalu ash-shaalih” mencakup shalat, puasa, sedekah, dzikir, takbir, membaca al-Qur’an, birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua), silaturahim, berbuat baik kepada makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan selainnya.
Di bulan Dzulhijjah ini dilaksanakan satu ibadah akbar yang merupakan rukun kelima dari agama kita yang mulia, yakni ibadah haji ke Baitullah. Di sana, di tanah suci, di sisi Baitul ‘Atiq dan di tempat-tempat syiar haji lainnya, jutaan kaum muslimin dan muslimah berkumpul dari segala penjuru dnia dengan satu tujuan, mengagungkan syiar Allah Subhanahu wa Ta’ala, memenuhi panggilan-Nya:
“Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi penggilan-Mu tidak aa sekutu bagi-Mu, aku penuhi penggilan-Mu, sesungguhnya segala pujian, kenikmatan, dan kerajaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Ketika tamu-tamu Allah ‘Azza wa Jalla sedang wuquf di arafah, kita yang tidak berhaji disunnahkan untuk puasa di hari tersebut (tanggal 9 Dzulhijjah). Puasa hari Arafah ini dinyatakan sebagai puasa sunnah yang paling utama (afdhal) menurut kesepakatan ulama. (Taudhihul Ahkam, 3/530)
Dalam pelaksanaan puasa di hari ini ada keutamaan besar yang dijanjikan sebagaimana berita dari Abu Qotadah Radliallahu ‘anhu, Ia berkata yang artinya:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari Arafah? Beliau bersabda: “Puasa Arafah (keutamaannya) akan menghapus dosav di tahun yang telah lewat dan tahun yang tersisa (mendatang).’ (HR. Muslim no. 2739)
Penghapusan dosa di tahun mendatang maksudnya adalah seseorang itu diberi taufik untuk tidak melakukan perbuatan dosa, atau bila ia jatuh dalam perbuatan dosa, ia diberi taufik untuk melakukan perkara-perkara yang dengannya akan menghapuskan dosanya. (Subulus Salam, 2/265)
Keesokan harinya, tanggal 10 Dzulhijjah, ada lagi kegembiraan yang bisa kita rasakan sebagai anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rahmat-Nya. Yaitu datangnya hari raya haji yang dikenal dengan Idul Adhha, yang di dalamnya ada ibadah penyembelihan hewan kurban. Gema takbir, tahlil dan tahmid yang telah dikumandangkan sejak fakar hari Arafah terus terdengar pada hari berbahagia ini sampai akhir hari Tasyriq.
“Allah maha Besar Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang benar kecuali hanya Allah, Allah Maha Besar Allah Maha Besar, dan segala puji hanya milik Allah.”
Demikianlah wahai saudariku. Bulan-bulan yang kita lewati dalam hidup kita sebenar-benarnya senantiasa menjanjikan kebaikan dan pahala, asalkan kita memang berniat mendulangnya sebagai bekal untuk menuju pertemuan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhirat kelak.
Wallahu Ta’ala A’lam bish-Shawab.

Disalin dari majalah Asy-Syari’ah vol. III/ No. 27/ 1427 H/ 2006 (salafiyunpad.wordpress.com)


[+/-] Selengkapnya...

Read More..