WILUJENG SUMPING DI SITUS SATORI Poenya

7.13.2009

LOMBA FILM DOKUMENTER “CINTA BUAH INDONESIA”

LATAR BELAKANG

Berdasarkan rekomendasi FAO (Food and Agriculture Organization), untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, konsumsi buah-buahan yang dianjurkan adalah 60 kg/kapita/tahun. Menurut data SUSENAS pada tahun 2005 konsumsi buah-buahan di Indonesia masih kurang dari 32 kg/kapita/tahun. Berdasarkan fakta tersebut, di tahun-tahun mendatang permintaan buah-buahan Indonesia masih terus meningkat, seriring perbaikan kesejahteraan masyarakat.

Beberapa jenis buah konsumsinya meningkat dari tahun ke tahun antara lain jeruk, semangka, duku, dan durian. Di sisi lain ada pula beberapa jenis buah yang tingkat konsumsinya cenderung menurun seperti pisang, pepaya, dan nanas. Buah-buahan yang konsumsinya cenderung meningkat ini adalah buah yang tinggi volume impornya seperti jeruk dan durian. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa telah terjadi pergeseran preferensi konsumen dari buah nasional ke buah impor. Beberapa alasan konsumen untuk mengkonsumsi buah impor yang utama adalah rasanya yang dianggap lebih memenuhi selera konsumen. Selain itu juga karena faktor harga yang bersaing dengan buah nasional, sementara penampilannya dianggap lebih baik.

Target pasar buah impor pada awalnya adalah golongan berpendapatan menengah ke atas melalui supermarket dan gerai khusus buah, namun faktanya sekarang sudah masuk ke gerai pasar tradisional. Para importir buah-buahan sub-tropik umumnya pemodal kuat, sehingga mereka mempunyai fasilitas gudang penyimpanan yang berpendingin. Kondisi ini juga telah meningkatkan dayasaing buah impor, karena importir dapat mengatur kapan, kemana dan bagaimana cara pemasaran yang paling tepat untuk memperoleh tingkat keuntungan yang optimal. Untuk itu diperlukan upaya secara gencar untuk mempengaruhi konsumen dalam mengalokasikan pendapatannya untuk mengkonsumsi buah lebih banyak ke arah buah nasional. Tentu saja berbagai strategi dan program untuk peningkatan daya saing buah nasional dari sisi suplai tetap perlu dilakukan.

Terdapat beberapa alternatif program promosi untuk mendorong konsumsi buah nasional. Sebagai contoh pemerintah dapat mencarikan kerjasama dengan perusahaan nasional yang loyal dan prihatin akan keterpurukan ekonomi bangsa, sehingga bersedia mengiklankan buah-buahan nasional. Biaya iklan relatif mahal apabila sepenuhnya harus dibayar swasta. Karena itu harus dibantu dari layanan masyarakat pada TV swasta dan TV pemerintah, radio, media cetak, dan billboard di tempat-tempat yang strategis.

Instrumen promosi yang tidak kalah pentingnya adalah yang berkaitan dengan pendidikan konsumen. Seringkali konsumen maish belum tahu jenis-jenis buah nasional yang mempunyai kandungan gizi yang lebih baik daripada buah impor. Sebagai contoh buah manggis mempunyai antioksidan yang tinggi yang di luar negeri digunakan sebagai bahan baku obat cancer. Pisang Raja Bulu yang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian mempunyai kandungan beta karoten tinggi, rasanya manis namun glikemiks indeks-nya paling rendah dibandingkan pisang jenis lain. Tentunya masih banyak kelebihan buah nasional dibanding buah impor yang informasinya tidak diketahui oleh masyarakat. Penyebaran informasi Ini dapat dilakukan misalnya melalui pembuatan film pendek yang dikemas dalam CD. Sekaligus pula dapat disebarkan informasi yang dapat membangkitkan kesadaran kosumen akan industri buah nasional yang menyangkut hajat hidup petani, seperti dengan penyebaran tagline “Pastikan setiap rupiah yang Anda keluarkan menguntungkan petani Indonesia”.

SIGNIFIKANSI DAN TUJUAN KEGIATAN

Pengeluaran untuk konsumsi buah yang terus meningkat saat ini mengindikasikan bahwa sumber serat, vitamin dan mineral sudah tidak bertumpu pada sayuran saja. Data di negara maju menunjukan bahwa semakin tinggi pendapatan masyarakat semakin besar porsi dari pendapatan dialokasikan untuk konsumsi buah-buahan, sebagai upaya untuk mewujudkan hidup sehat. Buah dilihat bukan hanya sebagai sumber serat, vitamin dan mineral, akan tetapi kebutuhan karbohidrat dan kebutuhan gula sebagai sumber energi dan antioksidan mereka menyediakannya dari mengkonsumsi buah-buahan.

Upaya promosi melalui pembuatan film dokumenter ini terutama ditujukan untuk para ibu rumahtangga, remaja dan anak2 yang mempunyai akses untuk mengalokasikan anggaran belanjanya bagi kehidupan sehari-hari. Diharapkan mereka akan mengalokasikan anggarannya dengan bijaksana, karena telah diberikan informasi tentang cara hidup sehat dengan mengkonsumsi komoditi yang lebih besar manfaatnya bagi kesehatan tubuh, daripada mengkonsumsi sumber karbohidrat dan lemak secara berlebihan. Makanan siap saji yang semakin murah dan marak diadvertensikan dalam jangka panjang akan mengurangi proporsi sumberdaya yang sehat jasmani, apabila tidak diimbangi dengan informasi tentang altenatif hidup sehat dengan banyak mengkonsumsi buah. Pembuatan film ini akan sangat bermanfaat bagi halayak baik bagi konsumen buah serta bagi para pekebun. Kesadaran akan manfaat mengkonsumsi buah nasional, secara tidak langsung akan meningkatkan permintaan terhadap buah nasional yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani buah.

TEMA KEGIATAN

“Cinta Buah Indonesia”



KETENTUAN LOMBA

Kegiatan Lomba Lomba Pembuatan Film Dokumenter “Cinta Buah Indonesia” dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Peserta lomba adalah mahasiswa berbagai strata di perguruan tinggi dan siswa sekolah menengah.

2. Peserta harus memilih satu atau gabungan alternatif isu berikut:

· Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap buah nasional

· Meningkatkan citra buah nasional di gerai buah, pasar tradisional dan pasar modern

· Mendorong konsumsi rumahtangga terhadap buah nasional

· Teknologi produksi bagi peningkatan kualitas buah nasional

3. Buah harus mencakup minimal salah satu atau gabungan dari buah nenas, pepaya, pisang dan manggis.

4. Durasi film berkisar 15 sampai dengan 20 menit.

5. Film dalam format CD/DVD sudah diterima sekretariat paling lambat tanggal 31 Juli 2009 pukul 12.00 BBWI.

6. Tim juri terdiri atas tiga pihak: Direktorat Budidaya Buah Departemen Pertanian, Pusat Kajian Buah Tropika IPB dan Profesioanl di bidang perfilman.

7. Film dokumenter yang menjadi pemenang I sampai V akan digunakan sebagai bahan diseminasi/promosi non-komersial oleh Departemen Pertanian untuk mendorong industri buah nasional.

8. Peserta tidak dikenakan biaya pendaftaran.

9. Pemenang I sampai V akan memperoleh hadian dan penghargaan sebagai berikut:

· Pemenang I : Uang tunai Rp 5.000.000 + Piala Menteri Pertanian

· Pemenang II : Uang tunai Rp 3.000.000 + Piala Rektor IPB

· Pemenang III : Uang tunai Rp 2.000.000 + Sertifikat

· Pemenang IV : Uang tunai Rp 1.500.000 + Sertifikat

· Pemenang V : Uang tunai Rp 1.000.000 + Sertifikat

10. Pertanyaan dan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Sekretariat Lomba Pembuatan Film Dokumenter “Cinta Buah Indonesia”, dengan alamat Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor, Jl Raya Pajajaran Kampus IPB Baranangsiang Bogor 16144, Telp/Fax (0251) 8326881, email ipbfruit@indo.net.id, website http://pkbt.ipb.ac.id.

[+/-] Selengkapnya...

Read More..

Ngaran-ngaran Usum

Pada bagian kedua “Belajar Bahasa Sunda Yu….” Kali ini membicarakan soal nama musim-musim yang biasa digunakan oleh orang sunda khususnya.

a. Nu patali jeung Kaayaan alam
1. Usum katiga = usum halodo
2. Usum mamareng = usum mimiti rek ngijih
1. usum dangdangrat = usum panyelang antara halodo jeung ngijih
2. Usum ngijih = usum hujan
3. Usum barat = Usum gede angin (nu jolna ti kulon)
4. Usum selatan = usum gede angin nu jolna ti kidul

b. Nu patali jeung kaayaan masyarakat
1. usum pagebug = usum loba nu gering/panyakit
2. usum sasalad = usum loba panyakit bari tepa
3. usum patepok = usum loba kawin
4. usum tigerat = usum kurang dahareun
5. usum paceklik = usum kakurangan pare/dahareun

c. Nu patali jeung kaayaan tatanen
1. Tatanen di sawah
i. Usum nyambut = usum mitembean ngagarap sawah
ii. Usum morekat = usum nyawah leutik
iii. Usum tandur = usum melakeun binih pare di sawah
iv. Usum ngarambet = mangsa patani miceunan jukut nu jaradi diantara tangkal pare
v. Usum celetu = mangsa pare geus mimiti cul cel aya buahan
vi. Usum beukah = mangsa pare geus loba buahna nu barijil
vii. Usum rampak = mangsa pare geus rata/papak beukah
viii. Usum panen = mangsa dibuat, ngala pare
ix. Usum jami = sabada panen

2. Tatanen di Huma
i. Usum nyacar = usum nyacar leuweung pikeun pihumaeun
ii. Usum ngahuru = meuleum kai jeung kakayon nu geus garing benang nyacar
iii. Usum ngaduruk = meresihan sarta ngaduruk kai nu can kabeleuman waktu ngahuru
iv. Usum ngaseuk = melak pare ku cara nyocog-nyocogeun kai meunang nyeukeutan tungtungna
v. Usum ngored/ngoyos = meresihan jukut nu jaradi diantara luwukan pare ku parabot kored
vi. Usum dibuat/ngetem = ngala pare make parabot etem
vii. Usum ngunjal = mawaan pare ti huma ka imah



[+/-] Selengkapnya...

Read More..

Babasan jeung Paribasa

Belajar Bahasa Sunda yu…

Berikut ini ada beberapa peribahasa yang menggunakan bahasa sunda. Bagi para sastrawan sunda mohon sarannya.

1. Atah anjang = langka silih anjangan
2. Adigung adiguna = takabur, sombong
3. Ambek nyedek tanaga midek = napsu gede tapi tanaga euwueh
4. Anjing ngagogogan kalong = mikahayang nu lain-lain
5. Adat kakurung ku iga = lampah goreng hese leungitna
6. Alak paul = jauh pisan
7. Aki-aki tujuh mulud = geus kolot pisan
8. Ayem tengtrem = tenang teu aya kasieun
9. Asa teu beungeutan = awahing ku era
10. Anu borok dirorojok = nu titeuleum disimbeuhan = mupuas kanu keur cilaka
11. Amis = hade paroman
12. Aya jurig tumpak kuda = Aya milik nu teu disangka-sangka
13. Aya jalan komo meuntas = aya kahayang aya nu ngajak
14. Awewe dulang tinande = awewe nurutkeun kahayang salaki
15. Amis daging = babarian katerap panyakit
16. Abong letah teu tulangan = sagala dicaritakeun sanajan pikanyeurieun batur
17. Ari umur tunggang gunung, angen-angen pecat sawed = ari umur geus kolot, tapi ari kahayang sia budak ngora
18. Agul kupayung butut = agul ku turunan
19. Aya pikir kadua leutik = aya kahayang
20. Asa ditonjok congcot = ngarasa bungah pisan
21. Adean ku kuda beureum = ginding ku pakean meunang nginjeum
22. Birit aseupan = teu daek cicing
23. Biwir nyiru rombengeun = resep nyaritakeun ruisah atawa kasalahan batur
24. Bengkung ngariung bongkok ngaronyok = sauyunan, ngariung babarengan
25. Beurat birit = hese dititah
26. Bali gusan ngajadi = lemah cai kalahiran
27. Balungbang timur = nuduhkeun hate beresih
28. Bobo sapanon carang sapakan = aya kakurangan
29. Bilatung ninggang dage = bungah pisan
30. Batok bulu eusi madu = ninggang lain pitempateunana
31. Badak cihea = degig
32. Bonteng ngalawan kadu = nu hengker ngalawan nu bedas
33. Babalik pikir = insap
34. Balik pepeh = nu gering teu daek cicing
35. Balik ka temen = asal banyol jadi pasea
36. Buntut kasiran = medit
37. Bodo alewoh = bodo tapi teu daek tatanya
38. Bodo kawas kebo = bodo kacida
39. Beja mah beja = beja ulah waka dipercaya
40. Bancang pakewuh = pikasusaheun
41. Budak ker muejeuhna bilatung dulang = keur meujeuhna beuki dahar
42. Bulu kapaut = kabawa kubatur
43. Balabar kawat = beja nu seumebar
44. Beak dengkak = sagala ikhtiar geus diusahakeun tapi teu hasil bae
45. Batan kapok galah gawok = batan eureun kalah maceuh
46. Buruk-buruk papan jati = hade goreng dulur sorangan
47. Cueut kahareup = tereh maot
48. Deukeut-deukeut anak taleus = deukeut tapi taya nu nyahoeun
49. Disakompetdaunkeun = disamarutkeun
50. Dibejerbeaskeun = dijentrekeun, dieceskeun
51. Dog dog pangewong = acara panambah
52. Dibabuk lalaykeun = dibabuk kenca katuhu
53. Dagang oncom rancatan emas = teu saimbang
54. Dihin pinasti anyar pinanggih = papasten geus ditangtukeun ku gusti Alloh
55. Dug hulu pet nyawa = usaha satekah polah
56. Elmu ajug = bisa mapatahan batur, ari sorangan teu bisa ngamalkeun
57. Gantung denge = masih dedengeun
58. Ginding kekempis = ginding tapi sakuna kosong
59. Gede gunung pananggeuhan = boga andeleun pedah boga dulur beunghar
60. Garomengmengeun = taya kasabaran
61. Galehgeh gado = sagala dicaritakeun
62. Garo singsat = pagawean awewe dina aya ka teu panuju
63. Gurat batu = pageuh kana jangji atawa mawa karep sorangan
64. Goong saba karia = nonjolkeun maneh sangkan kapake ku dunungan
65. Goong nabeuh maneh = ngagulkeun diri sorangan
66. Getas hareupan = gancang napsu
67. Gindi pikir gelang bayah = goreng hate
68. Hampang birit = daekan kana gawe
69. Hamur congcot murah bacot = goreng carek tapi berehan
70. Heuras genggerong = omongana sugal
71. Hade gogog hade tagog = jalma sopan
72. Hutang salaput hulu = hutangna kaditu kadieu
73. Hurung nangtung siang leumpang = nu beunghar pangabogana dipake
74. Hejo tihang = sok pundah pindah gawean
75. Harigu manukeun = dadana nyohcor kahareup
76. Haripeut ku teuteureuyan = gancang kapincut kupangbibita
78. Mandap lanyap = omongana lemes tapi ngahina
79. Halodo sataun lintis ku hujan sapoe = kahaden mang taun-taun leungit kukagorengan sakali
80. Heureut pakeun = kurang kaboga
81. Hampang leungeun = gancang tunggal teunggel
82. Iwak nangtang sujen = ngadeukeutan pibahayaeun
83. Inggis batan maut hinis = paur pisan
84. Jalma atah warah = teu narima didikan sacukupna
85. Jati kasilih kujunti = pribumi kaelehkeun kusemah
86. Jauh-jauh panjang gagang = jauh-jauh teu beubeunangan
87. Kawas anjing tutung buntut = teu daek cicing
88. Kawas anjing kadempet lincar = gogorowokan menta tulung
89. Kawas bueuk meunang mabuk= ngeluk taya tangan pangawasa atawa jempe teu nyarita
90. Kokolot begog = budak pipilueun kana urusan kolot
91. Kurung batok = tara indit-inditan jauh
92. Kawas beusi atah beuleum = beungeutna beureum awaning ambek
93. Kawas nu dipupul bayu = leuleus taya tangan pangawasa
94. Kumaha geletuk batuna, kecebur caina = kumaha brehna
95. Kejot borosot = gampang nyokot kaputusan teu dipikir heula
96. Kabawa ku sakaba-kaba = kabawa ku nu teu puguh
97. Kahieuman bangkong = Jiga beunghar pedah katitipan barang batur
98. Katempuhan buntut maung = batur nu boga dosana urang nu katempuhanana
99. Kawas cai dina daun taleus = taya tapakna
100. Kawas jogjog mondok = teu daek repeh
101. Kelek jalan = deukeut tapi jalana taya nu lempeng
102. Kawas jaer kasaatan = teu daek cicing
103. Kawas gaang katincak = jempe
104. Kawas hayam panyambungan = lumbang limbung teu puguh
105. Kawas kuda leupas tina gedogan= ngarasa bebas
106. Kaciwit kulit kabawa daging = anak nu boga dosana kolot nu kababawa
107. Kandel kulit beungeut = euweuh kaera
108. Kujang dua pangadekna = pagawean nu maksudna dua cabak
109. Kokoro manggih mulud = makmak mekmek
110. Kawas kedok bakal = goreng patut pisan
111. Kaliung kasiput = loba baraya beunghar
112. Kawas kapuk kaibunan = leuleus taya tangan pangawasa
113. Kalapa bijil ti cungap = rusiah dicaritakeun kusorangan
114. Kawas kacang ninggang kajang = nyaritana capetang tur gancang
115. Kawas nyoso malarat rosa = malarat pisan
116. Kulak canggeum = milik nu geus ditangtukeun ku gusti Allah
117. Kembang buruan = budak nu keur resep ulin
118. Kawas leungeun palid = uyap ayap teu daek cicing
119. Kawas lauk asup kana bubu = hese rek kaluar
120. Kawas merak = beuki kana cengek
121. Kawas cucurut kaibunan = goreng patut pisan, kalimis
122. Kacai jadi saleuwi kadarat jadi salebak = sauyunan
123. Leuleus awak = daekan
124. Leuleus jeujeur liat tali = gede tinimbangan
125. Laer gado = kabitaan
126. Leutik-leutik ngagalatik = awakna leutik tapi gede kawani
127. Landung kandungan laer aisan = gede tinimbangan
128. Lalaki langit lalanang jagat = gagah perkasa
129. Lauk buruk milu mijah = marok-marokan maneh
130. Lesang kuras = teu bisa nyekel duit
131. Leumpeuh yuni = teu kuat nenjo nu cilaka
132. Lodong kososng ngelentrung = jalma loba ngomong pangartina kosong
133. Loba luang jeung dulang = loba pangaweruhna
134. Leutik ringkang gede dulang = manusa awakna leutik jiwana gede
135. Legok tapak genteng kadek = loba pangalaman
136. Meungpeun carang ku ayakan= api-api teu nyaho tapi nyaho
137. Murag bulu bitis = teu betah cicing di imah
138. Mindingan beungeut ku saweuy = ngarusiahkeun hiji perkara padahal batur geus nyahoeun
139. Miyuni kembang = loba nu mikaresep
140. Miyuni tai = loba nu mikangewa
141. Miyuni kohkol = nasibna diteungeulan bae batur
142. Monyet dibere sesengked = nu rek jahat dibere parabot
143. Mipit teu amit, ngala teu menta = cocorokot kana barang batur
144. Monyet ngagugulung kalapa = boga elmu teu nyaho maksudna
145. Mopo memeh nanggung = ngarasa hoream memeh digawe
146. Maut nyere kacongona = sangsara kakolotnakeun
147. Malengpeng pakel ku munding = migawe nu moal hasil
148. Nu asih dipulung seungit = kahadean dibales kahadean
149. Nete taraje nincak hambalan = tertib mapay ti handap
150. Nyeri beuheung sosonggeteun= ngalieukan nu rek datang
151. Ngajul bentang ku asiwung = pagawean nu moal aya hasilna
152. Ngabuntut bangkong = teu puguh tuluyna
153. Nyolong bade = bangun bageur tapi jahat
154. Nyeungeut damar disuhunan = barang bere hayang kapuji
155. Nyaah dulang = kabudak ngurus daharna wungkul,pendidikana teu dipirosea
156. Ngeplak jawer = taya wawanen
157. Ngadaun ngora = jadi rame
158. Nyoo gado = ngunghak
159. Nyalindung ka gelung = nu teu boga kawin ka awewe nu beunghar
160. Ngadu geulis = paalus-alus
161. Ngarep-ngarep kalangkang heulang = ngarep-ngarep rejeki bari teu usaha
162. Neundeun piheuleut = ngajak goreng
163. Ninggang kana kekecrek = nya goreng rupa nya goreng lampah
164. Ngalungkeun kuya ka leuwi = nitah balik ka lemburna
165. Ngawur kasintu nyieuhkeun hayam = ari kabatur bageur ari kadulur medit
166. Ngaboretekeun liang tai di pasar = nembongkeun wiwirang sorangan
167. Ngadeupaan lincar = api-api ngaliwat hayang diaku ngare-ngarep pamere
168. Nyiduh ka langit = sahandapeun mapatahan ka saluhureun
169. Ngeupeul ngahuapan maneh = ngaluskeun hiji perkara pikeun kauntungan pribadi
170. Nangkeup mawa eunyeuh = ditulungan akhirna nyilakakeun nunulungan
171. Ngadek saclekna nilas saplasna = nyarita sajalantrahna
172. Nyieun pucuk ti girang = miheulaan nyieun pipaseaeun
173. Ngageuingkeun macan turu = ngahudangkeun piambeukeun batur
174. Nulak cangkeng dina kelek = ngarasa luhur diri
175. Oray nyampeurkeun paneunggeul = nyampeurkeun pibahayaeun
176. Paanteur-anteur julang = silih anteurkeun
177. Panjang leungeun = daek puak paok
178. Panjang lengkah = jauh panyabaanana loba pangalamanana
179. Pindah pileumpangeun = robah adat
180. Paeh teu hos hirup teu neut = gering ngalanglayung
181. Pacikrak ngalawan merak = jalma hina ngalawan nu mulya
182. Piit ngeundeuk-ngeundeuk pasir = jalma lemah ngalawan nu kuat
183. Pupulur memeh mantun = menta buruhan memeh gawe
184. Puraga tamba kadenda = digawe tamba lumayan
185. Pagiri-giri calik pagirang-girang tampian = pakia-kia teu daek sauyunan
186. Rea ketan rea keton = taya kakurang
187. Silih jenggut jeung nu dugul = silih tulungan jeung nu teu boga
188. Saciduh metu saucap nyata = sakti ucapanana tara nyalahan
189. Sisit kadal = goreng milik
190. Sibanyo laleur = ngan saliwat geus beak deui
191. Saur manuk = ngajawab bareng
192. Sieun meubeut meulit = sieun kabawa
193. Teu gedag bulu salambar = taya kasieun
194. Titip diri sangsang badan = mihapekeun maneh
195. Teu beunang dikoet ku keked = medit pisan
196. Ti kikirik nepi ka jadi anjing = ti bubudak nepi ka sawawa
197. Ti ngongkoak nepi ka ngeungkueuk = ti ngora nepi ka kolot
198. Teng manuk teng anak merak kukuncungan = kalakuan kolot nurun ka anakna
199. Tuturut munding = sagala rupa nurutken batur
200. Wawuh munding = wawuh ngan saliwat


[+/-] Selengkapnya...

Read More..