WILUJENG SUMPING DI SITUS SATORI Poenya

1.10.2009

Tulang leherku....

Tanggal 3 Januari lalu, yang harusnya saya masih merayakan tahun baru, tapi hari itu saya harus ke dokter. untung dokternya juga ga liburan tahun baru ya... (itulah orang indonesia, udah harus ke dokter masih untung juga karena dokternya ada....). Hampir setahun ada rasa "nyut" dibagian belakang leher saya. Saya pikir cuman sakit kepala biasa, makanya saya ga terlalu peduli, tapi karena rasanya semakin sering rasanya muncul, akhirnya saya periksalah ke dokter penyakit dalam. Hasilnya dokter itu bilang saya musti di Rontgen bagian "Cervical"-nya.

Hari itu juga saya langsung menuju ruang rontgen. Saya di"foto" 2 kali (tapi ga bisa bergaya... :D padahalkan bisa buat dipasang diblog ya.... :p ). Truz saya disuruh tunggu sebentar buat liat hasil rontgennya (Langsung jadi ya...kaya foto box... :D). Saya liat hasil dari kejauhan (kaya bahasa novel deh...) rontgennya udah jadi, Nah....saya penasaran, dag-dig-dug-DUERR!!!!! kira-kira kenapa ya leher saya...? Eh....tiba-tiba dari dalem keluar sorang petugasnya (katanya), dia bilang hasilnya baru bisa diambil hari senin tanggal 5 Januari jam 11. Nah lho.... Padahal saya hari senin harus ke dokter lagi sambil bawa hasil rontgen itu...

Ya...terpaksa di iyain deh daripada benjol....

Satu hari berlalu.....tibalah hari senin itu (cie....kayanya saya harus bikin novel neeh... :D). Hari itu saya ke kantor pajak dulu ambil NPWP. Apa itu NPWP? ada yang tau anak-anak....?ntar dikasih permen.... Iya bener! Orang bijak taat pajak katanya...(itu mah OBTP bukan NPWP...)

Beres dari kantor pajak, saya langsung meluncur ke rumah sakit umum (biar agak murah... :D). MasyaAllah...ga taunya hari itu rumah sakit penuh sesak, seperti orang lagi antri sembako atao antri minyak tanah kali ye....malah mungkin kayak antrinya orang yang pembagian zakat di pasuruan itu (terlalu hiperbola ya...). Ya mau gimana lagi, antrilah saya mendaftar untuk ke dokter syaraf (lho...ko kedokter syaraf? tadi katanya ke dokter penyakit dalam...?) begini, tadi saya belom cerita, si dokter penyakit dalam bilang setelah hasil rontgen ada, saya langsung ke dokter syaraf, begitu katanya....

Okeh lanjut. Setelah sekian lama antri, akhirnya nama saya disebut. dengan senang karena bisa keluar dari kerumunan itu saya lalu mencari poliklinik syaraf. muter-muter ga ketemu tuh poli syaraf. akhirnya bertanyalah saya pada bapak satpam yang berkumis tipis.
"Pak...pak...apakah bapak tau poli syaraf?" (harus menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar... :D)
Ya pasti dia tau, karena dia satpam rumah sakit, kalo dia satpam carrefour pasti ga tau, kecuali dia pernah berobat ke dokter syaraf juga... :D.

Ya balik lagi ke ceritanya ya...
Singkat cerita ketemulah poli syaraf itu. Tapi sebelumnya saya ambil hasil rontgen dulu. Saya liat hasilnya, ada yang dibuletin digambarnya (liat gambar dibawah ini)

Nah....lho...knapa ya...?ada juga lampirannya kertas tulisan dokter. tulisan dokternya ga kebaca. Knapa ya tulisan dokter ko jelek banget? Dokter sengaja kali ya supaya kita ga bisa ngerti.

Waktu nunggu giliran, saya liat yang dateng ko rata-rata orang udah tua ya... (namanya juga dokter syaraf...) Setelah menunggu cukup lama, akhirnya giliran saya masuk. Dokter tanya, knapa?? Saya langsung kasih dokter itu hasil rontgennya....
Dokter itu seperti terkejut. Waduh knapa dok? ko jadi melongo?

Dokternya rodho kaghet karena melihat yang dibuletin itu. Penasan kan jadinya saya...Lho ada yang salah dok dengan leher saya? Dia lalu menunjuk hasil rontgen yang dibuletin itu. Dia bilang ada pertumbuhan tulang ditulang leher saya itu. ada jarak antara tulang (lihat gambar) sebagai tempat keluarnya syaraf-syaraf. Nah pada kasus saya, tulangnya agak lebih panjang, sehingga menyentuh syaraf. pas kesentuh itulah rasa "Nyut" itu timbul. Biasanya kalaupun ada kasus seperti itu, tang tumbuh tulang leher bagian depan yang bukan tempat keluar syaraf.

Waduh dok yang bener aja....truz gimana donk?? saya mulai panik sendiri. Kalo terus panjang gimana? kalo nutupin jalan syarafnya gimana? wah...pokoknya saya panik aja waktu itu...

Untung dokternya ga ikut panik juga...(ngapain juga dia panik, yang sakit juga bukan dia....) Dia bilang, kita berdoa supaya tulang itu tidak terus tumbuh...soalnya kalo tambah panjang repot urusannya soalnya itu leher bagian belakang yang banyak syaraf-sayarafnya... Ya Allah.....Engkaulah pemilik diri-diri kami.....Engkau yang berkuasa atas hal yang tak mungkin bagi kami, dan Engkaulah yang maha kuasa menyembuhkan karena Engkaulah pemilik segalanya.........

Temen-temen tolong bantu doa juga ya...mudah-mudahan tulang leher saya yang itu ga tambah panjang.

Lalu pertanyaan saya apa ya yang menyebabkan itu terjadi? dokter itu cuma bilang ada hal-hal yang merangsang pembentukan tulang itu diantaranya: Beban dikepala seperti helm yang terlalu berat, menggerakkan kepala sampe bunyi "krek" (kaya waktu dipijit abis dicukur). Dokter ga bilang apa awal mula yang menyebabkan itu tumbuh. Ya WallahuA'lam. Yang penting sekarang jangan melakukan hal-hal yang menambah beban dikepala itu supaya tulangnya ga tambah.

Mungkin temen-temen kalo ada yang tau apa namanya dan penyebabnya kasus yang sedang saya alami atau punya kenalan dokter?tolong saya ya....saya pengen tau apa nama tu penyakit, truz penyebab awalnya apa? truz tindakannya kaya gimana? Trimakasih sebelum dan sesudahnya

[+/-] Selengkapnya...

Read More..

1.09.2009

Evolusi Darwin 150 Tahun Kemudian

Oleh NINOK LEKSONO

Seorang amatir (dari zaman) Victorian mengabdikan diri untuk pengamatan yang pelan dan saksama dan berpikir tentang jagat alam sepanjang hidup, lalu mencetuskan satu teori 150 tahun silam, yang masih menggerakkan agenda ilmiah dewasa ini.”
Gary Stix, ”Scientific American”, 12/2008

Membaca jurnal sains Cosmos (Desember 2008/Januari 2009), yang secara khusus mengupas masalah evolusi, pembaca diajak menjelajahi seluk-beluk evolusi - bagaimana riwayat kelahiran teori yang terus menggerakkan debat ilmiah hingga hari ini, bukti-bukti evolusi, dan juga pandangan mutakhir yang menyebut evolusi tampaknya telah berakhir.

Selain Cosmos, jurnal lain yang mengupas evolusi secara mendalam, juga warisan ilmiah yang ditinggalkan Charles Darwin, adalah Scientific American (Desember 2008), yang intronya dikutip di bagian awal tulisan ini. Keduanya mengangkat Darwin dan evolusi bertepatan dengan peringatan 200 tahun Darwin dan 150 tahun teori evolusi yang ia kemukakan.

Orang kini menyebut teori evolusi secara begitu saja, tetapi tak disangsikan lagi, inilah teori yang mengalami ujian paling dahsyat sepanjang masa. Atas dasar itu pula, orang melihat Darwin sebagai salah satu sosok yang menjulang di dunia sains, yang idenya telah mengubah dunia.

Kini teori evolusi sudah bertahan 150 tahun, dan pada sisi lain teori itu telah bertambah luas seiring dengan berkombinasinya ide yang dicetuskan Darwin dan genetika.

Darwin berangkat untuk pelayaran ke Kepulauan Galapagos tahun 1835 dengan kapal HMS Beagle. Kepulauan yang masuk dalam wilayah Ekuador ini terletak 1.000 kilometer dari Amerika Selatan. Lokasi yang dianggap sebagai ”museum hidup dan lemari pajangan evolusi” ini telah dinyatakan sebagai pusaka dunia oleh UNESCO. Wilayah yang terisolasi secara ekstrem ini—dan ditandai oleh aktivitas seismik dan vulkanik - menyimpan kehidupan yang unik. Antara lain iguana darat, kura-kura raksasa, dan sejenis burung gelatik (finch) yang menjadi subyek pengamatan Darwin.

Meski dikelompokkan sebagai burung yang sama, atas bantuan ahli burung dan seniman John Gould, berikutnya diketahui bahwa finch yang dibawa Darwin sebenarnya merupakan spesies yang berlainan.

Dari pekerjaan Gould, Darwin mengerti bahwa ukuran paruh finch berubah generasi demi generasi sesuai dengan ukuran biji-bijian atau serangga yang mereka makan di pulau-pulau - di Galapagos ada 19 pulau - yang berlainan.

Apa yang ia amati itu ia catat dalam ”The Voyage of The Beagle” yang diterbitkan setelah Darwin kembali ke Inggris tahun 1839. Darwin 22 tahun kemudian menerjemahkan pemahamannya atas adaptasi finch tersebut ke dalam satu teori evolusi. Teori ini menegaskan adanya seleksi alam untuk memastikan bahwa ada sifat-sifat lebih unggul yang bertahan dari generasi ke generasi.

Fitur inti Teori Darwin - seperti telah disinggung di muka - telah bertahan dari kajian kritis dari kritikus ilmiah dan religius.

Sisi lain Teori Darwin

Pada satu hari di bulan Juni 150 tahun silam, di rumahnya di dekat London, Darwin membuka amplop surat yang dikirim dari satu pulau yang kini ada di Indonesia. Pengirim surat itu adalah Alfred Russel Wallace, kenalan muda yang menambah penghasilan dengan menjadi kolektor biologi, yang rajin mengirim kupu-kupu, burung, dan spesimen lain ke Inggris. Namun, kali itu, Wallace mengirim serta manuskrip 20 halaman, sambil meminta Darwin memperlihatkannya kepada anggota lain komunitas ilmiah Inggris.

Darwin membaca manuskrip tersebut dengan horor karena Wallace juga sampai pada teori evolusi seperti yang dikerjakannya, tanpa menerbitkan satu kata pun, selama dua dekade terakhir. Darwin dilanda kebimbangan hebat, dan sempat terpikir olehnya untuk memusnahkan karyanya sendiri.

Pemikiran evolusi Darwin acap disebut sebagai ”Darwinisme”, yang juga melambangkan pandangan sekitar evolusi. Namun, seperti dicatat Richard Conniff di Cosmos, awal mula pandangan ini bukan dari Darwin atau Wallace. Pandangan tentang asal-usul manusia dari primata, misalnya, sudah muncul sejak 1699, ketika seorang dokter asal London, Edward Tyson, membedah simpanse dan mendapati anatomi makhluk ini amat mirip dengan manusia.

Kakek Darwin sendiri, Erasmus Darwin, di tahun 1770-an sudah menyatakan bahwa berbagai spesies yang berbeda-beda berkembang dari satu leluhur yang sama. Ia bahkan memasang moto Latin ”E conchis omnia” (Segalanya berasal dari kerang) di kereta kudanya.

Bisa pula dicatat bahwa pada tahun 1801 naturalis Perancis, Jean-Baptiste Lamarck, mengajukan bahwa spesies-spesies bisa berubah merespons kondisi lingkungan. (Ada yang bisa bertahan dari penyakit, kelaparan, pemangsaan, dan faktor lain, tapi ada juga yang tak bisa bertahan, oleh Darwin disebut dengan ”seleksi alam”, sementara oleh Wallace disebut sebagai ”perjuangan untuk eksistensi”).

Tahun 1840-an, ide evolusi lolos dari ranah komunitas ilmiah semata, dan merebak menjadi debat publik. Sementara itu, Darwin terus mengembangkan studinya tentang evolusi, antara lain dengan mempelajari karya demograf TR Malthus mengenai faktor yang membatasi perkembangan manusia. Tahun 1844, ia telah mengembangkan ide dalam manuskrip setebal 200 halaman.

Seperti kita tahu, naskah Darwin yang lengkap akhirnya terbit 24 November 1859 dalam wujud buku berjudul On the Origin of Species by Means of Natural Selection. Dengan itu, hal yang tak terpikirkan, yakni manusia berasal dari satwa, menjadi lebih dari ”terpikirkan”.

Dalam hal ini Darwin tak saja menyuplai unsur ”bagaimana” dari evolusi. Karyanya yang mendalam atas kijing dan spesies lain membuat ide evolusi lebih bisa dicerna.

Pemikiran baru

Dari uraian tersebut, kesan yang muncul memang teori evolusi Darwin telah lulus dari ujian waktu. Namun, pada sisi lain, kini juga muncul pandangan baru bahwa evolusi sendiri kini telah berakhir, setidaknya bagi manusia. Inilah yang juga dilaporkan oleh Steve Jones di Cosmos. Umat manusia, tulis Jones, kini mengalami apa yang ia sebut sebagai ”pemerataan besar” (grand-averaging).

Sekadar contoh, warga Amerika-Afrikan kini sudah merasa, sejarah mereka telah tercuri. Kromosom mereka sebagian Afrika, sebagian Eropa, dan sebagian lain Asia. Gejala percampuran gen, lalu pemerataan, kini berlangsung lebih deras dibanding tahun 1950. Tiga faktor yang dibutuhkan untuk terjadinya evolusi - variasi di antara orang, tekanan seleksi via perbedaan dalam tingkat kematian, dan jumlah keturunan dan isolasi geografik - banyak yang telah lenyap. Bagi manusia, daya evolusi tampaknya kini telah punah.

Kompas.com


[+/-] Selengkapnya...

Read More..

1.07.2009

Met Taon Barou....!!!!!

MET TAON BAROU YE....!!

Semoga ditaon ni ada banyak harapan yang bakal tercapai dan yang pasti lebih baik dari taon nyang kemaren....

[+/-] Selengkapnya...

Read More..

Jember....

Bulan desember lalu, sekitar satu bulan saya berada di kota Jember. Kota kecil yang lumayan lengkap. Bank-bank besar ada, Carrefour juga ada. mau ke kota ga begitu jauh, cukup naek angkot bayar 3000 perak.

Daerah yang saya tinggali bernama Muktisari. tepatnya di Jl. Basuki Rahmat, disamping SMA 3 Jember, katanya seh SMAnya Dewi Persik....

Daerahnya cukup nyaman, tapi saya agak ga kuat sama panasnya yang menyengat. Baru 2 hari kulit saya udah berubah warna. Bulan lalu mungkin karena sudah masuk musim hujan, tiap hari hujan, ga pagi, ga siang, ga malem. kadang lebat, kadang hujan ringan tapi lama, bikin males mau kmana-mana.

Oiya soal angkot, saya mau tanya sama yang tau, mungkin ada orang Jember, disana angkot disebut "LIN". Apa ya maksudnya "LIN"? apakah Lintasan? tapi orang disana bilangnya "kalo mau ke kampus naek LIN D aja....".
ada juga orang didalem angkot disamping saya nerima telepon, dia bilang: "saya masih di "LIN"...

Jadi "LIN" itu nama lain "angkot" atau nomor/jurusan angkot ya...?

[+/-] Selengkapnya...

Read More..