WILUJENG SUMPING DI SITUS SATORI Poenya

5.15.2010

Prinsip Bertani Secara Organik


Oleh: Ahmad Satori

Pertanian organik telah lama didengungkan. Semua sektor berebut untuk menjadi yang paling organik. Dari mulai produsen saprotan hingga produsen beras. namun hingga saat ini pelaku utama usaha pertanian yaitu para petani kebanyakan masih enggan untuk mengelola usaha taninya dengan bertani secara organik. Mengapa? Mari kita merenung sejenak.

Menurut IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements), prinsip pertanian organik didasarkan pada Prinsip kesehatan, Prinsip ekologi, Prinsip keadilan, dan Prinsip perlindungan.

Prinsip KESEHATAN
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan.

Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat. Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.

Prinsip EKOLOGI
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan. Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus-siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam. Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem pertanian, membangun habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk-produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air.

Prinsip KEADILAN
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang lain.

Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan.

Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.

Sumber: Tabloid sinartani edisi Maret 2010

[+/-] Selengkapnya...

Read More..

Membuat Penakar Hujan Sederhana


Oleh: Ahmad Satori

Data curah hujan kini telah menjadi bagian penting penunjang keberhasilan berusaha tani. Namun persoalannya, untuk mendapatkan data tersebut tidak gampang, perlu alat penakar untuk mengumpulkan data tersebut. Lagi-lagi persoalannya, alat penakar ini cukup mahal dan sulit dicari. Untuk menyiasatinya kita bisa membuat alat penakar curah hujan yang sederhana.

Alat penakar ini bisa dibuat dengan bahan-bahan yang ada dan tanpa mengeluarkan biaya yang banyak, tetapi dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip pengukuran curah hujan yang diberikan oleh BMKG.

Penakar hujan ini terdiri dari :
a. Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat, mulut corong (bagian atasnya) terbuat dari botol plastik air minum dengan luas 100 Cm2 yang direkatkan pada penutup kaleng badan penampung air hujan.
b. Badan tempat menampung air hujan menggunakan kaleng biskuit.
c. Kaki yang berbentuk silinder.
d. Gelas ukur penakar hujan yang diletakkan di dalam badan penampung air hujan.

Yang harus diperhatikan adalah:
1. Syarat - syarat pemasangan :
a. Penakar hujan harus dipasang pada lapangan terbuka, tanpa ada gangguan di sekitar penakar, seperti pohon dan bangunan, kabel atau antene yang melintang di atasnya. Jarak yang terdekat antara pohon / bangunan dengan penakar hujan adalah 1 kali tinggi pohon / bangunan tersebut.
b. Penakar hujan tidak boleh dipasang pada tanah miring (lereng bukit), puncak bukit, di atas dinding atau atap.
c. Penakar dipasang pada balok bulat yang dicat putih dan ditanam (lihat gambar), sehingga tinggi penakar hujan dari permukaan corong sampai permukaan tanah 120 Cm.(lihat gbr), letak penampang corong harus datar (horizontal).

2. Cara pengamatan :
a. Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap hari.
b. Buka penutup kaleng dan lihat air yang tertampung dalam gelas ukur.
c. Hasil pengukurannya yaitu volume air yang tertampung dibagi luas corongnya (100 Cm2) dan kemudian satuannya dijadikan millimeter (mm). Misalnya air yang tertampung sebanyak 170 ml. (170 Cm3) maka hasilnya adalah : 170 Cm3 : 100 Cm2 = 1.7 Cm = 17 mm. atau 1 mm sama dengan 10 ml (Cc). Untuk menghindarkan kesalahan parallax, pembacaan curah hujan pada gelas penakar dilakukan tepat pada dasar meniskusnya.
d. Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala, diambil garis skala yang terdekat dengan dasar meniskus tadi.
e. Untuk pembacaan lebih kecil dari 0,5 mm, pada kartu hujan ditulis angka 0 (Nol) dan tetap dinyatakan sebagai hari hujan.
f. Jika tidak ada hujan, beri tanda ( - ) atau ( . ) pada kartu hujan.
g. Jika tidak dapat dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa hari, beri tanda (X) pada kartu hujan.

3. Pemeliharaan :
a. Alat harus selalu dijaga tetap bersih, dan dicat alumunium.
b. Kayu di cat putih, supaya tahan lama terhadap rayap dan cuaca.
c. Corong harus tetap bersih, tidak boleh tertutup oleh benda-benda atau kotoran yang dapat menyumbatnya.
d. Badan penampung air hujan harus sering dikontrol dan dibersihkan dari endapan debu / kotoran.
e. Rumput di sekitar tempat penakar hujan dipasang, harus selalu pendek dan rapih tidak boleh ada semak semak di sekitarnya.

sumber: Tabloid sinartani Edisi Januari 2010

[+/-] Selengkapnya...

Read More..