WILUJENG SUMPING DI SITUS SATORI Poenya

10.20.2008

PEMULIAAN PADI, TANPA MEMAHAMI ILMU GENETIKA MUNGKINKAH?

Oleh: Sumarno


Petani sebagai pemulia tanaman sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru. Menyilangkan dua tanaman sejenis yang memiliki sifat berbeda, dengan tujuan memperoleh gabungan sifat baik dari kedua tetua yang disilangkan, sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada anggrek; anthurium; aglaonema; dan berbagai jenis tanaman hias.
Dari para penyilang (breeder) kreatif tersebut berhasil mendapatkan varietas atau strain baru, yang memiliki sifat baru berbeda dari tetuanya. Beberapa varietas baru hasil silangan pemulia amatir tersebut secara tidak resmi telah diberi nama komersial dan diperjual-belikan sebagai hibrida. Pemulia anggrek yang paling produktif di Indonesia adalah petani anggrek, bukan peneliti pemulia formal. Bahkan pada tanaman tulip, varietas yang paling mashur karena warna bunganya hitam, dibuat oleh petani tulip di Belanda, bukan oleh peneliti tulip.

Mendapat inspirasi dari keberhasilan memperoleh “jenis” baru berasal dari persilangan pada tanaman anggrek, anthurium dan tanaman lain yang dibiakkan secara vegetatif, lantas beberapa orang berinisiatif menyilangkan padi untuk membuat varietas baru yang lebih unggul. Sudah barang tentu ide menyilangkan padi untuk membuat varietas unggul baru syah sekali, dan tidak ada peraturan yang melarang. Masalahnya, apabila pemulia petani yang ingin mandiri, tetapi tidak memahami dasar-dasar ilmu genetika, mungkinkah mereka berhasil membuat varietas unggul padi yang benar-benar unggul? Tanaman padi sangat berbeda cara pembiakannya dibandingkan dengan anggrek atau anthurium, atau ubi kayu, ubi jalar dan tebu. Pada tanaman yang dibiakkan secara vegetatif, tanaman hibrida dapat digandakan melalui stek, anakan, cangkok, atau kultur jaringan untuk dijadikan bibit (benih), sehingga hasil silangan dapat langsung dikembangkan sebagai varietas. Tidak demikian halnya dengan tanaman padi yang dibiakkan melalui biji.

Biji Silangan Padi
Biji hasil silangan padi, yang dihasilkan secara manual, tentu jumlahnya sangat sedikit, mungkin hanya 10-50 biji. Biji hibrida ini tidak mungkin untuk benih bagi areal yang luas, karena setiap ha memerlukan sekitar 400.000-500.000 biji gabah sebagai benih.
Untuk dapat mencapai jumlah biji (benih) yang sangat banyak tersebut, biji hibrida tidak lantas diperbanyak begitu saja, karena turunan persilangan pada generasi ke 2 dan seterusnya akan menghasilkan tanaman campuran, berasal dari pemisahan gen-gen pada generasi ke 2, ke 3, ke 4 hingga ke 6. Di samping itu, tidak semua tanaman turunan silangan tadi sifat-sifatnya lebih baik dibanding tetuanya. Di sinilah perlunya seorang pemulia padi memiliki dasar pemahaman ilmu genetika.

Setiap mahasiswa yang belajar ilmu pemuliaan akan diuji dengan pertanyaan-pertanyaan tentang: berapa banyaknya tanaman harus dipelihara pada generasi ke 2 agar terdapat peluang 95% memperoleh tanaman yang mengandung gabungan sifat genetik dari tetua yang disilangkan. Banyaknya populasi ideal generasi ke 2 sangat tergantung dari banyaknya gen-gen yang mengatur sifat-sifat yang akan digabungkan. Semakin banyak kombinasi sifat-sifat yang diinginkan, akan semakin besar jumlah tanaman generasi ke dua harus ditanam untuk dipilih. Permasalahan yang sama juga berlaku untuk populasi tanaman generasi ke 3; ke 4; ke 5 dan ke 6, sebelum dibuat galur murni sebagai calon varietas.

Jadi apabila pada generasi ke 2; ke 3; ke 4 atau ke 5 masing-masing hanya dipelihara 10 hingga 100 batang, akan terjadi kehilangan sifat-sifat yang dicari. Dengan menggunakan rumus, banyaknya tanaman yang harus dipelihara pada generasi ke 2 hingga ke 6 menjadi sekitar 300 hingga 600 tanaman (batang), tergantung metoda seleksi yang dipergunakan. Apabila galur sudah mantap pada generasi ke 7 atau ke 8, baru dipilih “tanaman ideal” yang memiliki sifat gabungan dari kedua tetuanya. Galur terpilih ini perlu diuji toleransi atau ketahanannya terhadap hama utama seperti wereng coklat dan penyakit kresek. Hanya galur yang memiliki tingkat ketahanan saja yang dapat diteruskan untuk uji daya hasil dan uji adaptasi.

Deptan.go.id


Artikel yang berhubungan