WILUJENG SUMPING DI SITUS SATORI Poenya

10.14.2008

Dr. Ahmad Satori Ismail: Aktivitas Da'wah Kita Belum Maksimal

eramuslim - Ketua Umum Ikatan Da'i Indonesia (Ikadi) Dr. Ahmad Satori Ismail mengakui bahwa da'wah Islam di negara belum maksimal sehingga wajar kalau umat Islam kita mudah terpengaruh dengan ghazwul fikri. Umat Islam sendiri, menurutnya masih banyak memiliki kelemahan, dan ini menjadi tantangan besar bagi aktivitas da'wah di masa depan agar tercipta masyarakat Islam yang baik.
Seberapa berat tantangan itu dan apa ancaman terbesar bagi umat Islam Indonesia di masa depan? Berikut petikan bincang-bincang eramuslim dengan Ketua Ikatan Da'i Indonesia, Dr. Ahmad Satori Ismail...

Belakangan ini muncul wacana-wacana baru yang mengatasnamakan ajaran Islam, seperti sholat dengan bahasa Indonesia, imam sholat perempuan, dan sebagainya. Bagaimana anda mencermati fenomena ini?

Menurut pandangan saya, hal-hal seperti adalah suatu hal yang sudah diprediksi oleh Allah. Allah memfirmankan dalam surat As-Saff, dalam surat At-Taubah, mereka orang-orang dzolim, orang-orang kafir berusaha untuk memadamkan cahaya agama Allah dengan informasi dari mulut-mulut mereka, dengan pendapat macam-macam lah. Jadi sudah lama itu diprediksi, pasti ada. Seandainya berhenti, pasti akan ada lagi.

Sejak Rasulullah hal seperti itu sudah ada. Itu wajar. Tinggal bagaimana umat Islam menyiapkan diri dan membentengi diri dari hal-hal yang seperti itu. Itu memang suatu serangan yang terencana dari orang-orang kafir untuk memadamkan cahaya agama Allah, dengan menebarkan pemikiran-pemikiran yang bisa meragukan umat Islam, bisa membuat orang Islam ragu tentang syariatnya dan bisa menyesatkan. Itu ghazwul fikri. Ghazwul fikri itu usaha memalsukan ajaran Islam , menebarkan keraguan di kalangan umat Islam dan menyesatkan penafsiran-penafsiran Al-Quran,itu sudah ada sejak lama.

Seperti masalah imam wanita, sejak dulu, 15 abad yang lalu Rasulullah sudah memberitahukan bagaimana caranya sholat berjamaah dan selama ini tidak pernah ada perempuan, sepandai-pandainya perempuan kemudian menjadi imam untuk laki-laki, sebab Aisyah setelah meninggalnya Rasulullah adalah orang yang sangat hebat, tetapi Aisyah sebagai orang yang jadi pemimpin, walau sehebat apapun, tidak menjadi imam shalat bagi laki-laki.

Tadi anda mengatakan bahwa umat Islam sendiri harus membentengi diri sendiri, bagaimana peran da'wah dalam hal ini?

Kewajiban para da'i, para ulama itu yang pertama adalah, selain menanamkan keimanan, menanamkan dan meningkatkan pemahaman-pemahaman pada kalangan umat Islam sendiri, mereka juga perlu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Dan menjelaskan permasalahan itu sesuai ajaran Islam yang benar berdasarkan Al-Quran dan Sunah.

Tapi apakah anda melihat peranan para da'i dan ulama ini sudah maksimal dalam menjalankan da'wahnya?

Belum. Belum maksimal. Kita sifatnya masih reaktif. Kalau ada permasalahan begini, langsung ribut. Kondisi seperti ini tidak pernah diantisipasi oleh para ulama. Karena mereka sengaja disibukan oleh musuh-musuh Islam agar para ulama dan da'i itu berputar sekitar Islam, sehingga tidak pernah keluar untuk membenahi kondisi umat Islam secara menyeluruh. Masalah-masalah khilafiyah sengaja disembulkan, kemudian masalah-masalah seperti Islam liberal, masalah fiqih lintas agama, masalah pernikahan lintas agama, sehingga umat Islam sibuk dengan itu saja, tidak pernah membuat sebuah perencanaan yang jelas untuk misalnya, bagaimana lima tahun yang akan datang, bagaimana sepuluh tahun yang akan datang, itu tidak pernah. Sehingga e....blue print perjuangan dan da'wah para ulama juga tidak jelas. Ini permasalahanya. Jadi belum maksimal untuk melakukan itu. Kurikulum pendidikan saja tidak jelas, seperti kurikulum di majlis ta'lim enggak ada, kurikulum pengajaran di mesjid-mesjid tidak ada, semuanya semau gue saja. Artinya tergantung maunya bagaimana da'i itu ngomong, tidak terencana secara baik.

Dari pengalaman anda sebagai Ketua Ikatan Da'i Indonesia (Ikadi), apa yang menjadi kendala utama dalam upaya pembinaan para da'i dan pelaksanaan da'wah di negara kita?

Kendala utama, para da'i tidak bersatu, tidak diikat dalam satu program yang jelas. Banyak da'i yang menjadi da'i simatupang, siang malam tunggu panggilan (sambil tertawa), nunggu saja, tidak punya program yang jelas untuk dirinya dan kelompoknya, untuk umat Islam secara menyeluruh. Sehingga para da'i itu diprogram orang, dipanggil sana-sini, habis waktu. Ini yang menjadi kendala terbesar, para da'i tidak menyadari bahwa dirinya ini adalah harus yang memprogram masyarakat bukan diprogram masyarakat.

Apa yang dilakukan Ikadi untuk meningkatkan kualitas dakwah ini?

Kami membuat banyak program, diantaranya program untuk meluruskan pemikiran Islam, yang moderat yang bagaimana. Kemudian juga program untuk peningkatan kualiatas para khotib, para imam supaya bener. Banyak imam yang gak bisa ngaji, Qur'annya aja enggak becus, masih ada itu. Di Jakarta masih banyak khotib yang baca Qur'annya belum baik. Aktivitas lainnya antara lain penyusunan kurikulum untuk mesjid, yang diharapkan bisa menjadi landasan untuk memberikan pelajaran pada jamaah mesjid yang terstruktur. Mudah-mudahan ini bisa berjalan.

Menurut anda bagaimana konsep da'wah yang sesuai dengan umat Islam di Indonesia?

Da'wah harus disampaikan dengan penuh kesejukan, Islam yang disampaikan Islam yang utuh mencakup semua aspek kehidupan, bukan Islam yang memperhatikan ibadah saja tapi juga memperhatikan pelayanan sosial. Ini tantangan bagi kita untuk menyampaikan Islam dengan sejuk, karena orang Barat itu senang kalau umat Islam berperilaku ganas, ekstrim, itu akan disorot terus untuk menjelekkan citra umat Islam.

Apa yang menjadi ancaman terbesar bagi umat Islam di Indonesia sekarang ini?

Umat Islam itu ada penyakitnya, ada kelemahannya ada tantangannya. Semua itu harus dibenahi satu persatu. Yang paling berat adalah penyakit yang dari 'internal' yaitu perpecahan, kebodohan, kemunduran. Kalau umat Islam bersatu dan semua umat Islam sudah meningkat pengetahuannya, Insya Allah akan baik. Di Mesir, pemikiran-pemikiran aneh itu tertolak. Orang-orang yang melakukan pemikiran-pemikiran asing diusir dari Mesir, karena apa? karena daya imunitas orang-orang Islam di Mesir lebih tinggi daripada daya imunitas umat Islam di Indonesia. Jadi, meninggalkan kebodohan, mengenal Islam dengan lebih baik dan ukhuwah, bersatu, tidak pecah belah, membentengi diri dari pemikiran aneh, Insya Allah akan tercipta masyarakat Islam yang baik.


fzyqn.blogspot.com


Artikel yang berhubungan