WILUJENG SUMPING DI SITUS SATORI Poenya

10.30.2008

PARTISIPASI PETANI DALAM PEMULIAAN TANAMAN

Oleh : Sriani Sujiprihati

Pendahuluan

Pemuliaan partisipasif adalah program pemuliaan tanaman yang mengikutsertakan para pengguna hasil pemuliaan, termasuk petani, pedagang, pengolah hasil dan konsumen (Sperling et al., 2001). Partisipasi aktif petani dalam semua tahapan kegiatan pemuliaan tanaman, meliputi penentuan tujuan, pemilihan tetua, pemilihan galur, kriteria seleksi, pengujian galur, dan pelepasan kutivar. Pemuliaan partisipasif terutama sangat diperlukan untuk menyediakan kultivar unggul adaptif bagi lingkungan marginal, petani lemah modal yang menggunakan masukan sarana tingkat rendah, alat pertanian sederhana dan skala usahatani sempit. Selanjutnya petani dapat melakukan seleksi dengan kriteria yang diinginkan, kemudian memutuskan apakah mengadopsi genotipe baru tersebut atau tidak. Genotipe (kultivar) baru yang disukai petani, tentunya mempunyai sifat unggul yang sesuai dengan keinginan petani.

Pemuliaan partisipasif sekaligus dapat meningkatkan kandungan plasma nuftah kultivar unggul yang dihasilkan, karena kultivar lokal adaptif banyak digunakan sebagai tetua dalam persilangan. Menurut Sperling et al., 2001, terdapat dua metode dalam pemuliaan partisipasif yaitu (1) Pemuliaan partisipasif yang dibina oleh peneliti, yaitu apabila petani ikut menyeleksi dan menguji galur-galur hasil perakitan pemulia (peneliti); (2) Pemuliaan partisipasif yang dikendalikan petani, apabila peneliti hanya membantu petani dalam tahapan pemuliaan yang tidak dapat dilakukan petani, sedangkan tahapan selanjutnya dilakukan oleh petani dengan konsultasi peneliti.

Kelebihan program pemuliaan partisipasif adalah terdapatnya umpan balik dari petani, seleksi langsung dari petani, dan galur yang sesuai di tingkat usaha tani mereka. Dalam program pemuliaan partisipasif, banyak digunakan kultivar lokal sebagai tetua persilangan dan mungkin akan dilepas kultivar terbuka (Open Pollinated) yang heterogen atau berupa populasi genotip yang lebih stabil adaptasinya terhadap lingkungan setempat. Manfaat lain adalah, material yang diseleksi secara lokal memiliki adaptasi agro- ekologikal yang luas dan atraktif untuk kelompok petani yang lebih besar.

Partisipasi Petani dalam Pemuliaan Tanaman

Keikutsertaan petani dalam proses seleksi terhadap genotip unggul yang adaptif terhadap lingkungan tumbuh setempat telah berhasil membantu pemulia dalam memutuskan galur mana yang akan dilepas sebagai kultivar unggul. Selanjutnya dapat memperkuat upaya penyediaan kultivar unggul yang adaptif terhadap lingkungan dan sesuai dengan keinginan masyarakat setempat. Petani sebagai pengguna kultivar unggul perlu dilibatkan secara partisipasif dalam program pemuliaan dan pelepasan kultivar. Kerjasama petani dan pemulia tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, sebagai berikut (Zuraida dan Sumarno, 2002):

(1) Kerjasama observasi galur. Pemulia menanam galur- galur terpilih yang telah mantap atau klon-klon terpilih, sebanyak 10 hingga 50 genotipe di lahan petani. Setiap genotipe ditanam dua hingga 10 baris sepanjang 10 m. Petani diminta memilih lima genotipe yang disenangi atau dianggap unggul. Genotipe yang dipilih petani diikutkan uji daya hasil atau uji multilokasi.

(2) Kerjasama uji adaptasi galur. Galur yang telah mencapai tahap uji adaptasi ditanam di lahan petani, masing- masing 5 baris – 10 baris, tanpa ulangan. Petani diminta memberikan rangking pilihan dari yang terbaik (yang paling mereka senangi) hingga yang paling buruk (paling tidak disenangi). Hasil pemilihan oleh petani diverifikasi menggunakan data yang diperoleh dari uji adaptasi yang sebenarnya.

(3) Kerjasama pilihan final. Galur-galur harapan yang telah siap untuk diusulkan dilepas, ditanam di lahan petani pada petakan seluas 20 - 100 m². Petani diminta untuk memilih galur yang terbaik, yang ia sendiri senang untuk menanamnya. Galur pilihan petani dari beberapa lokasi yang agroekologinya sejenis yang dapat dijadikan pertimbangan, galur mana yang pantas diusulkan untuk dilepas.

Program pemuliaan dengan keikutsertaan petani di beberapa negara berkembang merupakan suatu program pemuliaan tanaman alternatif. Jenis tanaman yang menjadi fokus dalam program tersebut terutama tanaman sereal dan cash crop. Varietas yang banyak dikembangkan merupakan varietas lokal yang terdapat di daerah dimana program diadakan. Berarti, petani juga mempunyai andil yang besar dalam melestarikan kultivar unggul lokal. Hal tersebut sesuai dengan salah satu tujuan PPB yaitu melindungi plasma nutfah lokal yang ada dan sekaligus melakukan perbaikan varietas lokal terutama dalam meningkatkan produksi. Hasil akhir yang diharapkan dari program PPB yaitu diperolehnya varietas lokal terbaik yang beradaptasi terhadap lingkungan (spesifik) dengan aspek budidaya yang optimum.

Pemuliaan tanaman (formal) yang dilakukan oleh pemulia tanaman umumnya dilaksanakan pada kondisi lingkungan yang terkendali untuk mengurangi keragaman lingkungan dan mendapatkan hasil tanaman terbaik. Hasil yang diperoleh kadang-kadang berbeda dengan yang diharapkan oleh petani, setelah varietas tersebut dicoba dibudidayakan di lahan milik petani. Lahan milik petani mempunyai kondisi lingkungan yang sering berubah-ubah sehingga interaksi tiap tanaman dengan lingkungan akan berbeda-beda. Biasanya petani lebih tertarik akan hasil tanaman yang tinggi dan karakter tanaman tertentu. Mereka lebih mudah menerima varietas baru yang sesuai dengan karakter-karakter yang mereka inginkan. Sementara pemulia telah menetapkan arah pemuliaannya sejak awal program pemuliaan dilakukan. Oleh karena perbedaan cara pandang, keinginan dan tujuan tersebut, maka tidak semua petani mau menerima varietas baru yang dihasilkan pemulia.

Untuk mengatasi perbedaan antara pemulia tanaman dan petani dalam menentukan kriteria seleksi maka dilakukan pendekatan dengan program participatory variety selection(PVS). Program ini merupakan program pemuliaan partisipatif yang melibatkan petani dalam seleksi varietas berdasarkan preferensi petani pada calon-calon varietas yang berpotensi. Pada PVS kegiatan pemuliaan awal dilakukan di lingkungan lembaga penelitian formal, dan untuk pengujian selanjutnya hingga didapat calon varietas terbaik dilakukan bekerjasama dengan petani. Program ini telah berhasil diterapkan oleh CIMMYT dalam meningkatkan produksi jagung dengan kondisi low input dan gandum di Australia (Banziger dan Cooper, 2001).

Kerjasama antara pemulia dengan petani dalam memilih galur terbaik perlu lebih diintensifikasikan, karena pada dasarnya petanilah yang menentukan kultivar unggul yang mereka akan tanam. Namun masih terdapat kendala dalam penerapan pemuliaan partisipatif ini di Indonesia.

Menurut Zuraida dan Sumarno (2003), beberapa alasan belum diterapkannnya pemuliaan partisipasif di Indonesia antara lain adalah (1) peneliti belum menaruh kepercayaan atas petani, (2) peneliti berlaku dan bersifat tertutup dan khawatir otoritasnya terhadap materi pemuliaan berkurang,(3) kesadaran petani untuk memperoleh kultivar unggul sesuai dengan agroklimat dan kesukaan petani masih rendah, (4) lahan petani sangat sempit sehingga petani tidak mau mengambil resiko gagal atas kultivar bahan percobaan yang belum mereka ketahui keunggulannya, (5) kegiatan pemuliaan partisipasif yang berupa seleksi atau uji daya hasil galur, tidak didukung oleh petani penggarap atau petani penyewa lahan, yang lebih mementingkan persentase bagian hasil panen.

Selain itu terdapat hal lain yang mengurangi peluang keberhasilan program PPB antara lain gagalnya tanaman berproduksi. Terjadinya pencurian, atau tanaman dimakan ternak, bencana alam, dan penyebab lainnya yang membuat petani tidak dapat menyimpan benih untuk musim berikutnya merupakan kendala dalam aktivitas PPB.

Tampaknya partisipasi petani dalam tahapan akhir pemuliaan, berupa uji daya hasil pendahuluan galur-galur harapan sebelum dilepas, dapat mengatasi masalah tersebut. Sehingga kemajuan yang berarti akan diperoleh dan sekaligus mempertahankan kearifan petani dalam menyimpan sumberdaya.

Umumnya bagi sebagian besar negara berkembang, kultivar lokal merupakan sumber plasma nutfah bagi petani. Kultivar yang dikembangkan merupakan kultivar unggul yang biasa digunakan petani di daerahnya, dan telah beradaptasi dengan lingkungannya. Penggunaan beragam kultivar artinya terdapat berbagai genotipe, sehingga meningkatkan keragaman genetik. Hal ini merupakan cara yang selaras dengan beragamnya lingkungan agroekologi dan mengurangi resiko kegagalan panen. Dengan keragaman genetik dalam bentuk tanaman campuran dapat mengurangi resiko kerusakan tanaman karena hama penyakit atau mengurangi vulneribilitas terhadap hama dan penyakit. Selain itu, mengurangi pengaruh kompensasi karena perbedaan tanaman dan persaingan. Terdapat alasan lain mengapa petani menggunakan beragam tanaman dan kultivar. Beragamnya kebutuhan pokok petani dapat dicapai dengan menanam dan mempertahankan beragam tanaman dan kultivar. Keuntungan lain yang dapat diperoleh dengan penanaman kultivar lokal sesuai dengan pilihan petani akan dapat melestarikan kultivar tersebut di lingkungan yang sesuai.


Belajar dari negara yang telah melaksanakan PPB, umumnya PPB di negara berkembang difokuskan pada tanaman sereal. Diharapkan paling tidak beberapa kultivar yang dikembangkan akan berhasil dimanfaatkan di lingkungan petani yang dilibatkan dalam PPB. Abidin (2004) menerapkan participatory breeding tersebut dengan mengajak petani melakukan seleksi berdasarkan kriteria seleksi para petani itu sendiri terhadap sejumlah genotipe ubi jalar yang ditanam di Kebun Penelitian. Selanjutnya pada musim berikutnya genotipe yang terpilih dievaluasi di lokasi petani (on-farm evaluation) dengan menggunakan pembanding kultivar lokal. Ternyata, hasil yang diperoleh dari evaluasi tersebut menunjukkan bahwa seleksi yang dilakukan oleh petani sudah berhasil. Hal ini membuktikan bahwa petani memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi genotipe unggul di lokasi mereka yang mempunyai kondisi spesifik atau marginal. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa lingkungan lokal spesifik (yang meliputi usaha pemuliaan sebelumnya, keragaman kultivar lokal dan sumber plasma nutfah yang lain), serta pengetahuan petani tentang ubi jalar perlu dipertimbangkan dalam PPB.

Penelitian tentang partisipasi petani telah diimplementasikan oleh Ceccarelli et al., 2001, pada tanaman barley di Syria, Marocco dan Tunisia. Hasilnya menunjukkan bahwa seleksi oleh petani bisa efektif walaupun secara individu berbeda-beda. Seleksi yang dilakukan oleh kelompok petani ternyata lebih baik daripada seleksi yang dilakukan oleh petani secara individual. Karena itu, pemuliaan tanaman partisipasif menjadi strategi yang efektif dalam perbaikan produksi tanaman. Apalagi di daerah-daerah yang terlalu jauh, atau yang sukar untuk diakses oleh pemulia, partisipasi petani dalam melakukan seleksi menjadi sangat bermanfaat.

Partisipasi Petani dalam Program Pemuliaan Tanaman Buah

Ide participatory plant breeding (PPB) yang merupakan pendekatan pemuliaan tanaman di negara berkembang dalam merespon keinginan petani untuk menentukan kultivar yang diinginkan, telah dicoba diterapkan oleh Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT). Sebagai contoh, saat ini pengujian komoditas pepaya di lahan petani mulai dilakukan, dengan sekaligus menerapkan program PPB.

Penerapan PPB oleh Tim Faperta UGM dilaksanakan di kebun salak Pondoh di Sleman (Prajitno, 2000). Program yang dilakukan antara lain mendata koleksi tanaman salak yang berada di kebun-kebun petani. Kebun petani salak Pondoh umumnya merupakan populasi “bulk” tanaman salak lokal yang telah berumur lebih dari 50 tahun. Untuk meningkatkan keragaman genetik, mulai tahun 1999 dilakukan eksplorasi salak unggulan dari daerah lain yaitu salak Bali dan Suwaru,yang dikoleksi sebagai bahan persilangan untuk membentuk genotipe baru. Petani salak setempat diberi penyuluhan dan pelatihan tentang perlunya berbagai genotipe salak dan pentingnya melakukan seleksi serta hibridisasi. Petani dapat melakukan seleksi massa dari populasi campuran, dan memperbanyak dengan cara vegetatif (cangkok).

Usahatani buah-buahan sangat menekankan pada kualitas hasil panen untuk memenuhi permintaan konsumen dan pasar. Kultivar buah-buahan lokal dari setiap daerah telah mempunyai citra kualitas spesifik yang telah dikenal oleh masyarakat. Petani tetap menanam kultivar lokal yang diketahui adaptif dan memiliki mutu spesifik.

Program pemuliaan pepaya merupakan program jangka panjang yang akan dilakukan secara terus menerus secara berkesinambungan. Mengingat pemuliaan tanaman pepaya memerlukan waktu yang lama, sehingga program PPB ini dapat membantu mempercepat diperolehnya kultivar unggul yang dapat diadopsi petani.

Program PPB yang dilaksanakan PKBT pada komoditas pepaya antara lain dengan melakukan seleksi tanaman pepaya di kebun petani. Petani setempat biasanya telah mengusahakan tanaman pepayanya selama bertahun-tahun. Berdasarkan pengalaman mereka, benih pepaya yang mereka tanam berasal dari buah pepaya di kebun sendiri. Mereka memilih buah dari tanaman induk yang paling baik yang telah berumur lebih dari dua tahun. Namun beberapa petani menyampaikan kendala yang ditemuinya dengan semakin menurunnya keragaan tanaman pepaya setelah beberapa generasi. Hal ini kemungkinan adanya “inbreeding depression” disebabkan benih yang digunakan berasal dari tanaman pepaya dari populasi yang mempunyai latar belakang genetik sempit. Untuk itu, dalam penerapan PBB ini pengetahuan genetik sederhana perlu disampaikan kepada petani untuk membantu memperbaiki keragaan tanaman. Petani merupakan sumber daya manusia (SDM) yang menguasai bidangnya dan sekaligus sebagai mitra pemulia dalam melakukan seleksi di lahan petani.

Kegiatan lain yang sudah dilakukan PKBT adalah mengajak petani melakukan seleksi di kebun koleksi plasma nutfah pepaya PKBT. Kebun koleksi PKBT mengoleksi berbagai genotipe pepaya dari pelosok tanah air maupun introduksi. Dengan melihat langsung keragaan tanamannya, petani antusias untuk memilih genotipe pepaya sesuai dengan yang diinginkan. Selanjutnya, mereka melakukan evaluasi genotipe yang terpilih tersebut di lahannya. Sementara itu, pemulia melakukan pengamatan dan mengevaluasi berdasarkan kriteria standar. Berikut ini disajikan gambar pengujian genotipe pepaya di lahan petani (Gambar 1).


Gambar 1. Evaluasi genotipe pepaya terpilih, di lahan petani



Penutup

Program pemuliaan partisipasif ini dapat memperkuat upaya penyediaan kultivar unggul yang adaptif terhadap lingkungan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat spesifik. Petani sebagai pengguna kultivar unggul perlu dilibatkan secara partisipasif dalam program pemuliaan dan pelepasan kultivar. Sementara itu, pembelajaran bagi pemulia tanaman adalah mengetahui permasalahan di lapangan, keinginan petani dan tipe karakter yang diperlukan petani.


Selain itu diperlukan suatu jejaring yang dapat mengaitkan petani dengan program pemuliaan dan hal lain seperti bank gen, dan meningkatkan pengetahuan petani agar dapat melakukan seleksi dan mengembangkan keragaman genetik tanaman. Untuk itu, diperlukan suatu mekanisme yang menjamin akses petani terhadap keragaman genetik tanaman dan keahlian teknis pemuliaan tanaman. Peran dari LSM, penyuluh atau kelompok tani yang diorganisir memainkan peranan penting dalam implementasi PPB, selain peran pemulia tanaman, mengingat PBB akan memberi dampak terhadap minat petani, perubahan lingkungan sosial- ekonomi petani dan lain-lain.



Daftar Pustaka

Abidin, P. E. 2004. Farmer Participatory Sweetpotato Breeding in Uganda. Makalah disajikan dalam Seminar Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor, 29 Desember 2004.

Banziger M., and M. Cooper, 2001. Breeding for low input conditions and consequences for participatory plant breeding: Examples from tropical maize and wheat. Euphytica 122: 503-519.

Ceccarelli, S., S. Grando, E. Bailey, A. Amri, M. El-Felah, F. Nassif, S. Rezgui and A Yahyaoui. 2001. Farmer participation in barley breeding in Syria, Morocco and Tunisia. Euphytica 122: 521–536.

Prajitno, D. 2000. Program Pemuliaan Tanaman Salak di Fakultas Pertanian UGM. Makalah disajikan dalam Semiloka Salak, UGM di Yogyakarta, 2 Agustus, 2000.

Sperling, L., J.A. Ashby, M.E. Smith, E. Weltzien dan S. McGuire. 2001. A framework f or analyzing participatory plant breeding approaches and results. Euphytica 122: 439–450.

Zuraida N dan Sumarno, 2003. Partisipasi Petani dalam Pemuliaan Tanaman dan Konservasi Plasma Nutfah Secara ’On Farm’. Zuriat Vol. 14 (2) : 67-76.



rusnasbuah.or.id


Artikel yang berhubungan