Sektor pertanian , perkebunan, dan perikanan merupakan penyumbang terbesar bagi tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia. Di sisi lain, sektor listrik, gas, air minum, serta sektor keuangan, real estate, persewaan, dan jasa perusahaan merupakan dua sektor usaha yang tingkat kemiskinannya paling kecil.
Demikian disampaikan Peneliti Madya Senior Bank Indonesia, Sri Liani Suselo, dalam Seminar Hasil Penelitian Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia di Kantor Bank Indonesia Palembang, Rabu (29/10). Penelitian tersebut mengambil judul Kemiskinan di Indonesia: Pengaruh Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi.
Penelitian dilakukan pada tahun 2007, dengan menggunakan data Susenas BPS dan berbagai publikasi lainnya, dengan periode observasi 2004 hingga 2006. Gambaran deksriptif tentang kemiskinan di Indonesia dilakukan dengan penghitungan tingkat kemiskinan, dari sisi sektoral maupun regional.
Menurut Sri Liani, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkisar antara lima hingga enam persen per tahun, belum mampu mengurangi jumlah penduduk miskin. Pertumbuhan itu lebih ditopang oleh konsumsi daripada investasi.
Salah satu ukuran kemiskinan yang digunakan yaitu head count ratio (HCR ), yang merupakan perbandingan jumlah penduduk miskin dengan jumlah penduduk. Hasil penelitian menunjukkan, hampir di semua daerah, angka HCR sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan besar. Sebaliknya, angka HCR untuk sektor listrik, gas, air minum, serta sektor keuangan, real estate, persewaan, dan jasa perusahaan relatif kecil.
Oleh karena itu, langkah yang paling tepat untuk mengurangi kemiskinan adalah dengan memberikan perhatian lebih pada sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Masih berdasarkan hasil penelitian, setiap pertumbuhan satu persen di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan, akan mengurangi 7,4 persen kemiskinan di sektor tersebut, atau mengurangi 2,97 persen kemiskinan secara nasional.
Sri Liani mengatakan, sekitar 40 persen orang Indonesia bekerja di sektor pertanian, perikanan, dan perkebunan. "Dengan diperhatikannya sektor pertanian, akan lebih banyak orang yang menikmati, dan pengurangan jumlah kemiskinan juga lebih banyak," ujarnya.
Pakar Ekonomi dari Universitas Sriwijaya, Sidik Susetyo mengatakan, pembahasan mengenai penanganan kemiskinan dalam penelitian itu belum tuntas. Kemiskinan yang dibahas juga masih sebatas kemiskinan umum, dan belum membahas kemiskinan antar daerah.
Kompas.com