WILUJENG SUMPING DI SITUS SATORI Poenya

9.22.2008

California van Java


'Wah, mulus sekali ya buahnya,' tutur Andien sambil menimang pepaya california yang dipajang di salah satu pasar swalayan di Jakarta. Karyawati di sebuah perusahaan swasta itu biasanya mengkonsumsi pisang sebagai buah meja. Namun, karena melihat kemulusan california, lidahnya ingin segera mencicipi.
Penampilan Carica papaya itu memang menarik. Bentuknya silindris dan rata dengan kulit hijau nan mulus. Makanya ketika disusun di etalase toko tampak cantik. Bila dibelah terlihat daging buah berwarna jingga kemerahan yang lezat. Dagingnya tebal dan hampir penuh. Bobotnya 1,5 kg dengan tingkat kemanisan 11° briks. Pepaya cibinong yang selama ini lazim dijajakan di pasar-pasar kadar gulanya hanya 9-10° briks.
Meski menyandang nama california, pepaya itu sebetulnya dikembangkan di Bogor. California-ini berbeda dengan pepaya california yang sudah lebih dulu ada di pasar-merupakan 1 dari beberapa pepaya unggul hasil pemuliaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. Untuk mendapatkan varietas-varietas itu dibutuhkan waktu panjang. 'Riset dilakukan sejak 2000,' tutur Prof Dr Ir Sriani Sujiprihati, MS, ketua Divisi Pemuliaan PKBT IPB.
Tujuannya untuk menghasilkan pepaya tipe besar, sedang, dan kecil. 'Pepaya berukuran besar untuk konsumen keluarga besar, tipe sedang untuk keluarga kecil, dan tipe kecil untuk konsumsi sendiri -self type,' papar Sobir, PhD, kepala PKBT. Pepaya self type mulai digemari pasar karena untuk mengkonsumsi buah tidak perlu dikupas. Cukup dengan membelah buah menjadi 2, dagingnya dinikmati menggunakan sendok.
Tahan penyakit
Penelitian itu diawali dengan pengumpulan plasma nutfah sebagai calon tetua. Di antaranya varietas hawai solo, jenis lokal asal Cicurug, Bogor, dan introduksi dari luar negeri. Dari koleksi tetua itu selanjutnya dilakukan penyilangan, seleksi, dan pemurnian.
Hasilnya lahirlah 9 pepaya unggul, masing-masing berkode IPB-1, IPB-2, IPB-3, IPB-4, IPB-5, IPB-6C, IPB-8, IPB-9, dan IPB-10. Pepaya california tak lain adalah IPB 9. IPB-1 dan IPB-2 mendapat nama arum bogor dan prima bogor yang disematkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada acara Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-10 di Istana Negara pada Agustus 2005.
Arum bogor mempunyai keunggulan bersosok kecil, bobotnya sekitar 0,63 kg sehingga praktis dikonsumsi. Pepaya berwarna kulit hijau itu berpotensi menyaingi jenis hawaii. Sementara prima bogor punya keistimewaan daging buah merah dan tahan lama. Apabila disimpan hingga 1 minggu tidak menjadi lembek. Ukurannya cukup besar dengan bobot rata-rata 2,27 kg.
Jenis lain, IPB-6C unggul karena daging buah benar-benar merah. Warna kulit hijau tua dan ketika matang ada semburat kuning di ujung buahnya. Bobotnya mencapai 2,8 kg. Varietas itu cocok untuk konsumsi keluarga besar. Sementara pekebun pepaya jenis kecil bisa memilih arum bogor dan IPB-3. Yang disebut terakhir punya keistimewaan kadar gula mencapai 14° briks, bentuknya kecil, daging buah tebal, berwarna jingga kemerahan, serta berongga kecil. IPB-3 juga lebih tahan tungau dibandingkan pepaya IPB-1.
Komersial
Sementara buat mereka yang tertarik mengembangkan papain ada IPB-10 atau wulung bogor. Buahnya berbentuk panjang dan mulus memudahkan pekebun untuk menyadap papain. Produksi getah per buah dalam 9 kali penyadapan mencapai 25,23 g dengan rendemen getah mencapai 13,28%. Aktivitas proteolitik papain kasar 1.102,34 mcu/g.
'Secara umum pepaya-pepaya unggul produktivitasnya tinggi, lebih tahan hama penyakit, bentuk seragam, dan tidak ada skipping,' ungkap Sobir. Yang dimaksud skipping adalah kekosongan masa panen karena saat musim kemarau tidak memproduksi bunga hermaprodit.
Dari 9 varietas itu yang banyak diminta untuk dikebunkan adalah IPB-1, IPB-3, IPB-6C, dan IPB-9. IPB-9 dibudidayakan oleh Anwar Musadad di Desa Bantarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Pekebun sejak 1970-an itu pada 2005 menanam pepaya IPB-9 di kebun seluas 4 hektar. Ternyata hasilnya tidak mengecewakan. 'Dagingnya tebal, manis, dan produktivitasnya tinggi,' kata Anwar. Kini ia dapat menikmati omzet senilai Rp68-juta/bulan.
Setali tiga uang dialami Ardiansyah yang mengembangkan IPB-3 alias jamaican papaya. Hasil panen yang dikirim ke pasar swalayan mendatangkan pendapatan Rp88-juta/bulan. Dari salah satu sudut Kota Hujan banyak pepaya pilihan yang layak dikembangan. (Niken Anggrek Wulan)

Dari: Trubus-online.co.id


Artikel yang berhubungan