WILUJENG SUMPING DI SITUS SATORI Poenya

12.30.2008

Dongkrak Nilai Jual Singkong dengan Teknologi Pengolahan Gula Cair

Selain sebagai bahan pangan, setidaknya singkong mempunyai nilai tambah lain, yaitu diolah menjadi tepung gula dan gula cair. Teknologi pengolahannya pun sudah tersedia, demikian dinyatakan Nur Richana, peneliti dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen). Lebih lanjut dinyatakan bahwa teknologi tersebut dapat memberikan peluang usaha untuk meningkatkan nilai jual singkong. Banyak industri makanan seperti permen, kembang gula, minuman, biskuit, dan ice cream memanfaatkan gula cair ini, karena rasanya lebih manis dari gula tebu.

Mudah tumbuhnya singkong (ubi kayu) merupakan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa bagi bumi nusantara. Melalui batangnya (stek) yang ditancapkan ke dalam tanah, dalam kurun waktu sembilan bulan, dapat dihasilkan umbi sebagai penghasil pangan. Kendati demikian, masih banyak anggapan bahwa bila menanam bahkan mengkonsumsi singkong identik dengan kemelaratan, nelangsa dan kekurangan pangan. Pandangan ini yang perlu diluruskan. Apalagi pada saat kekeringan di musim kemarau, singkong masih dapat tumbuh dengan baik walaupun dengan sedikit air. Lain halnya dengan tanaman padi yang tergantung pada ketersediaan air.

Karena pandangan yang kurang tepat itulah, banyak petani di berbagai daerah kurang tertarik membudidayakan singkong sebagai komoditas unggulan. Di samping itu nilai jual singkong yang relatif rendah dibandingkan dengan komoditas lain turut berperan dalam keengganan petani menanam singkong. Memang banyak wilayah lain yang membudidayakan singkong, tetapi bukan merupakan komoditas utama. Lampung sebagai daerah penghasil singkong terbesar, masih banyak dijumpai belum secara intensif dalam membudidayakannya. Hasil yang dicapai oleh petani tersebut rata-rata masih 11-17 ton/ha. Padahal dalam skala penelitian, budidaya singkong bila dilakukan secara intensif dengan memberikan pupuk kandang dan pupuk an-organik dengan sistem tanam double row dapat mencapai hasil 50 – 60 ton/ha.

Untuk mendongkrak nilai jual singkong pada saat panen raya, serta meningkatkan prestise komoditas tersebut, teknologi pengolahan singkong menjadi gula cair dalam skala pedesaan telah tersedia. Teknologi ini bahkan dapat dioperasikan oleh kelompok tani dengan mudah. Bahan baku untuk pengolahan gula cair tersebut berasal dari tepung tapioka kering, bahkan dapat diolah dari pati yang basah sekalipun, setelah melalui proses enzimatis. Bioreaktor sederhana skala 100 liter mampu mengkonversi 40 kg pati basah (kadar air 40%) menjadi 21-25 kg gula cair dalam 3 hari proses. Semakin besar kapasitas peralatan, semakin ekonomis biaya produksinya.

Paling tidak bila usaha pengolahan gula cair dari singkong ini dapat beroperasi dan berkembang di sentra-sentra penghasil singkong, dapat mengurangi impor gula cair. Harapan yang lebih luas lagi dapat memasok industri makanan dan minuman. Yang menjadi catatan, petani tebu tak perlu khawatir tergeser, karena gula pasir mempunyai segmen tersendiri, bahkan tidak dapat tergantikan dengan gula cair bila untuk minum teh dan kopi panas.

.litbang.deptan.go.id



Artikel yang berhubungan