Oleh: Ahmad Satori
Data curah hujan kini telah menjadi bagian penting penunjang keberhasilan berusaha tani. Namun persoalannya, untuk mendapatkan data tersebut tidak gampang, perlu alat penakar untuk mengumpulkan data tersebut. Lagi-lagi persoalannya, alat penakar ini cukup mahal dan sulit dicari. Untuk menyiasatinya kita bisa membuat alat penakar curah hujan yang sederhana.
Alat penakar ini bisa dibuat dengan bahan-bahan yang ada dan tanpa mengeluarkan biaya yang banyak, tetapi dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip pengukuran curah hujan yang diberikan oleh BMKG.
Penakar hujan ini terdiri dari :
a. Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat, mulut corong (bagian atasnya) terbuat dari botol plastik air minum dengan luas 100 Cm2 yang direkatkan pada penutup kaleng badan penampung air hujan.
b. Badan tempat menampung air hujan menggunakan kaleng biskuit.
c. Kaki yang berbentuk silinder.
d. Gelas ukur penakar hujan yang diletakkan di dalam badan penampung air hujan.
Yang harus diperhatikan adalah:
1. Syarat - syarat pemasangan :
a. Penakar hujan harus dipasang pada lapangan terbuka, tanpa ada gangguan di sekitar penakar, seperti pohon dan bangunan, kabel atau antene yang melintang di atasnya. Jarak yang terdekat antara pohon / bangunan dengan penakar hujan adalah 1 kali tinggi pohon / bangunan tersebut.
b. Penakar hujan tidak boleh dipasang pada tanah miring (lereng bukit), puncak bukit, di atas dinding atau atap.
c. Penakar dipasang pada balok bulat yang dicat putih dan ditanam (lihat gambar), sehingga tinggi penakar hujan dari permukaan corong sampai permukaan tanah 120 Cm.(lihat gbr), letak penampang corong harus datar (horizontal).
2. Cara pengamatan :
a. Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap hari.
b. Buka penutup kaleng dan lihat air yang tertampung dalam gelas ukur.
c. Hasil pengukurannya yaitu volume air yang tertampung dibagi luas corongnya (100 Cm2) dan kemudian satuannya dijadikan millimeter (mm). Misalnya air yang tertampung sebanyak 170 ml. (170 Cm3) maka hasilnya adalah : 170 Cm3 : 100 Cm2 = 1.7 Cm = 17 mm. atau 1 mm sama dengan 10 ml (Cc). Untuk menghindarkan kesalahan parallax, pembacaan curah hujan pada gelas penakar dilakukan tepat pada dasar meniskusnya.
d. Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala, diambil garis skala yang terdekat dengan dasar meniskus tadi.
e. Untuk pembacaan lebih kecil dari 0,5 mm, pada kartu hujan ditulis angka 0 (Nol) dan tetap dinyatakan sebagai hari hujan.
f. Jika tidak ada hujan, beri tanda ( - ) atau ( . ) pada kartu hujan.
g. Jika tidak dapat dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa hari, beri tanda (X) pada kartu hujan.
3. Pemeliharaan :
a. Alat harus selalu dijaga tetap bersih, dan dicat alumunium.
b. Kayu di cat putih, supaya tahan lama terhadap rayap dan cuaca.
c. Corong harus tetap bersih, tidak boleh tertutup oleh benda-benda atau kotoran yang dapat menyumbatnya.
d. Badan penampung air hujan harus sering dikontrol dan dibersihkan dari endapan debu / kotoran.
e. Rumput di sekitar tempat penakar hujan dipasang, harus selalu pendek dan rapih tidak boleh ada semak semak di sekitarnya.
sumber: Tabloid sinartani Edisi Januari 2010